Selasa, 01 Desember 2015

Ganesha Puja



Dewa Ganesha

                Hindu meyakini dan mempercayai adanya berbagai manifestasi Tuhan dalam berbagai perwujudan-Nya sebagai para Dewa dan Dewi. Hindu juga mempercayai bahwa semua Dewa dan Dewi tersebut bukanlah entitas yang terpisah tetapi hanya merupakan berbagai perwujudan yang berbeda dari Tuhan sama, Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Maha Esa memanifestasikan diri-Nya dalam berbagai perwujudan atau aspek dengan berbagai tujuan khusus dan spesifik. Setiap individu atau setiap umat Hindu memiliki hak dan kebebasan untuk memilih perwujudan manapun dari Tuhan Yang Maha Esa untuk dipuja dan disembah. Perwujudan Tuhan yang manapun yang mereka pilih untuk dipuja dan disembah, sejatinya akan mengarahkan mereka menuju Tuhan Yang Maha Esa.

                Dewa Ganesha adalah salah satu perwujudan dari berbagai perwujudan Tuhan. Ia adalah putra pertama dari Dewa Siwa dan Dewi Parwati. Ia dikenal dengan berbagai nama antara lain Vinayaka-berpengetahuan, Vigneswara-penghalau rintangan, Gajanana-bermuka Gajah, Ganapati-pimpinan para Gana. Dewa Ganesha memiliki semua kualitas kepemimpinan. Ia adalah sebuah perwujudan yang unik dari Tuhan Yang Maha Esa. Perwujudan-Nya yang unik memiliki berbagai makna simbolis. Para sarjana mengartikan dan memahami-Nya dengan berbagai cara. 

Simbolisasi Dalam Perwujudan Dewa Ganesha

Selasa, 07 Juli 2015

Ngiringang Dan Nyungsung Dalam Kerohanian



Dimasyarakat kita, istilah ngiringan dan nyungsung mungkin sudah tidak asing lagi. Banyak sekali orang di dalam masyarakat yang "merasa" atau "menganggap" atau mengatakan dirinya "ngiringang" atau "nyungsung", atau mungkin juga "dianggap" ngiring atau nyungsung oleh masyarakat. Di dalam masyarakat istilah ngiringan atau nyungsung biasanya cenderung dimaknai sebagai sesuatu yang bersifat niskala, mistik, gaib atau suatu hal atau kegiatan yang berhubungan dengan kekuatan - kekuatan yang berada di luar logika dan pemikiran manusia. Mereka yang ngiringang atau nyunsung, merasa bahwa mereka telah dipilih atau menjadi pilihan dari para dewa - dewi atau bahkan roh-roh tertentu untuk menjadi "abdi" atau bahkan mediator dari para dewa-dewi atau roh-roh tersebut untuk dapat "membantu" dan "menolong" dirinya atau manusia lainya dengan berbagai kemampuan atau kekuatan gaib. Ada kepercayaan di masyarakat, semacam gugon tuwon, dikatakan bahwa umumnya proses ngiringang atau nyungsung ini berawal dari sebuah mimpi, petunjuk gaib atau petunjuk orang pintar, bahkan musibah atau penyakit.

"Tapi apakah benar seperti itu?"

Rabu, 24 Juni 2015

Ampuhnya Mantra Mahalaksmi



Ada sebuah pengalaman menarik bagi saya, yang berhubungan dengan kekuatan dan keajaiban sebuah mantra. Pernah suatu hari, di tempat saya bekerja diadakan sebuah acara yang melibatkan hampir semua karyawan. Dalam kegiatan tersebut setiap karyawan yang hadir dalam acara tersebut diminta untuk mengisi sebuah kupon undian atau door prise, yang akan diundi di akhir acara. Karyawan yang hadir pada saat itu hampir lebih dari 200 orang dan semuanya tampak sangat bersemangat untuk bisa membawa pulang hadiah door prise tersebut.

Senin, 22 Juni 2015

Keyakinan Dalam Kebodohan



Seorang teman bercerita kepada saya, pengalaman bersama rombongannya melakukan perjalanan tirtha yatra ke beberapa Pura. Rombongan terdiri dari enam orang dan menggunakan sebuah kendaraan pribadi. Rombongan terdiri dari mereka yang rata - rata sudah berumur diatas kepala lima. Karena mungkin sudah berumur diatas kepala lima, tentu pembawaanya lebih religius dan keyakinan yang lebih dalam. Sehingga pembicaraan dalam kendaraanpun lebih cenderung kepada obrolan rohani keagamaan dan keyakinan akan Tuhan.

Perjalanan pun berjalan lancar, dan beberapa pura yang menjadi tujuan tirtha yatra pun telah dapat dikunjungi dan akhirnya saatnya untuk kembali pulang. Semua anggota rombongan tampak puas dan bahagia telah dapat melakukan perjalanan tirtha yatra tersebut. Dalam perjalanan pulang rombongan berhenti sejenak di sebuah pinggir jalan karena ada seorang dari rombongan yang mabuk perjalanan sehingga muntah - muntah. Pinggir jalan dimana rombongan tersebut berhenti adalah sebuah tebing yang cukup tinggi, cukup rimbun sehingga tampak nyaman untuk sekadar beristirahat sebentar dibawahnya.

Minggu, 21 Juni 2015

Wiswamitra dan Maha Mantra Gayatri



Picture taken from Google
Wiswamitra adalah seorang Maharaja India, sekali peristiwa beliau pergi berburu di hutan pegunungan Himalaya. Beliau bersama pasukannya merasa lapar dan lelah setelah berburu.  Setelah berkeliling, akhirnya mereka sampai di sebuah pertapaan, yang ternyata pertapaan dari Brahmarsi Wasistha. Gelar Brahmarsi berarti seorang bijak yang memiliki kesadaran kosmis. Sang raja menghampiri sang Brahmarsi dan memberikan penghormatan kepadanya. Sang Brahmarsi Wasista berkenan menerimanya dan mempersilahkan sang raja untuk duduk. Sang raja pun menceritakan permasalahannya, bahwa ia dan para pasukannya sangat membutuhkan makanan dan tempat istirahat. Segera sang Brahmarsi memanggil Kamadhenu, yaitu seekor sapi surgawi yang mampu menyediakan dan mengabulkan segala keinginan, kemudian Sang Brahmarsi pun meminta Kamadhenu untuk menyediakan segala keperluan sang raja dan pasukannya, yaitu makanan dan minuman. Sapi tersebut menghasilkan makanan dan minuman hanya dengan kehendaknya dan memberi makan semuanya. Mereka semua sangat kagum dengan akan daya pemenuhan keinginan dari sapi tersebut.

Kamis, 18 Juni 2015

Meditasi Langit Malam



Picture taken from Google
Menatap gelapnya langit malam dengan taburan cahaya bintang seakan membawa jiwa melayang terbang untuk menikmati luasnya alam semesta.

Menatap gelapnya langit malam yang ditaburi  cahaya bintang, seakan menggoda dan membuat kita semakin penasaran untuk  mengetahui segala  misteri yang ada di alam semesta ini.

Menatap suasana langit malam yang begitu tenang dengan taburan bintangnya yang begitu indah, mendamaikan, menenteramkan dan menyejukan hati.

Gelapnya langit malam seakan menyimpan berbagai misteri dan  rahasia yang tak terbatas yang belum bisa terpecahkan oleh manusia.

Dalam gelapnya langit malam seakan menyembunyikan ketenangan dan ketentraman yang selama ini kita cari

Senin, 15 Juni 2015

Sujud Baktiku Ayah

Barusan, mengantarkan ayah tercinta ke tukang cukur. Rambutnya tinggal sedikit dan hampir semuanya putih. Saya duduk menungguinya sambil membaca koran yang disediakan disana, sambil sesekali melihat ke arah ayah yang sedang dicukur rambut dan dirapikan brewoknya.

Terkenang saat dimana dulu waktu saya kecil, beliaulah yang mengantarkan saya dan menunggui saya di tukang cukur, tapi kini adalah giliran saya yang melakukan hal itu. Saya tahu bahwa ayah dan ibu, baik dulu maupun sekarang senantiasa berusaha membuat anak - anaknya bahagia, walaupun mereka harus bekerja keras untuk hal itu. Sekarang saya pun ingin melihat beliau bahagia di usianya sekarang, walau mungkin belum banyak hal yang bisa saya lakukan untuk itu.

Tiba - tiba ada keharuan menyeruak di dada saya dan saya tidak tahu kenapa, saya merasa sangat bahagia, walaupun hanya sekadar mengantarkan dan menungguinya di tukang cukur . Dengan rambut yang dicukur rapi, meskipun tinggal sedikit, beliau tampak lebih segar. Saya betul - betul bahagia melihatnya dan saat menuliskan hal inipun, saya masih merasa sangat bahagia. Mungkin inilah yang dimaksud "sebuah pelayanan kecil, membawa kebahagiaan bagi sang diri". 

Ayah.......................................
Dalam sujudku ada nama dan wajahmu
Dalam cakupan tanganku ada doaku untukmu
Ayah.......................................
Engkau adalah Dewaku
Engkau adalah sahabatku
Engkau adalah perwujudan-Nya
Dalam kasat mata dan hidupku

Ayah........................................
Terima Kasih.....!!! 

Tvameva Mata cha Pita Tvameva,
Tvameva Bandhu cha Sakha Tvameva,
Tvameva Vidya Dravinam Tvameva,
Tvameva Sarvam Mama Deva Deva. 


Engkau adalah Ibu, Engkau adalah Ayahku
Engkau adalah keluargaku, Engkau adalah sahabatku
Engkau adalah pengetahuanku, Engkau adalah kekayaanku
Engkau adalah dewaku, Engkau adalah segala - galanya bagiku 


Dikatakan bahwa rahmat Tuhan ada di dalam restu kedua orang tua kita, sehingga sebelum kita mampu menghormati dan melayani kedua orang tua kita, jangan pernah berharap rahmat Tuhan akan kita peroleh. Bakti dan pelayanan kepada orang tua semasih mereka ada adalah sebuah jalan tol, sebuah tiket resmi untuk mencapai dan mendapatkan berbagai rahmat dan anugerah Tuhan, baik materi maupun spiritual.

Segera datanglah kepada Ayah dan Ibu anda, sujud dan peluklah mereka, mohonlah ampunan dan berkat mereka. Dan segera ketika kedua orang tua anda menyentuh kepala anda, segala berkat Tuhan akan mengalir bersamanya. 

Om shantih, semoga semua berbahagia...!!!
...............................................................................................................................................................

(Ganapatyananda)


Sabtu, 13 Juni 2015

Racun Amarah



Kemarahan adalah musuh besar bagi kesehatan tubuh. Amarah ini menciptakan dan memicu timbulnya toksin atau racun yang begitu kuat di dalam darah. Amarah membuat racun ini memasuki peredaran dan mengakibatkan perubahan besar yang merusak di dalam tubuh. Amarah meracuni darah dan sel - sel tubuh, hingga tubuh menjadi lemah dan mudah sekali terserang penyakit. Amarah juga menghilangkan kemampuan otak untuk berfikir jernih, sehingga mereka yang sedang dalam kondisi marah tidak akan mampu berfikir bijak.

Amarah bagaikan kobaran api, semakin panas apabila semakin tersulut. Bagaikan sebuah kebakaran didalam rumah, api ini melalap semua yang ada didalamnya, dan hanya akan meninggalkan abu dan jejak kedukaan. Demikianpun amarah di dalam diri, membakar dan melahap semua hal yang berguna bagi tubuh. Dari sistem kekebalan tubuh yang dibuat lemah, kemampuan otak dan pikiran yang dibuat hilang, wajah dan mata yang menjadi merah padam karena panasnya api amarah ini.

Rabu, 10 Juni 2015

"Om Swastiastu" sebagai Maha Mantra



Masyarakat kita cenderung memahami ucapan "Om Swastiastu", sekadar hanya sebagai salam pembuka saat mulai berbicara ataupun ketika bertemu dengan orang lain. Ucapan "Om Swastiastu", hanya dianggap sebagai panganjali umat atau ucapan salam bagi umat Hindu. Kata panganjali berasal dari kata anjali yang berarti salam, sehingga tidak salah jika banyak dari kita yang hanya menganggap ucapan "Om Swastiastu" hanya sekadar salam biasa.

Namun ucapan "Om Swastiastu" bukanlah sekadar ucapan salam biasa, yang hanya diucapkan ketika bertemu orang lain, saat memulai berbicara atau saat memulai suatu acara ataupun saat berkunjung ke rumah orang lain. Ucapan "Om Swastiastu" tidak seperti ucapan salam yang dimiliki dan biasa diucapkan oleh umat agama lain atau umat tentangga sebelah.

Selasa, 09 Juni 2015

Bakti Adalah Pemuput Yadnya



Pelaksanaan sebuah ritual upacara yadnya dengan segala upakaranya mungkin bisa kita ibaratkan seperti saat kita akan mengirim sebuah surat di kantor pos. Seperti kita ketahui untuk mengirim surat ada beberapa unsur yang harus ada dan dipenuhi yaitu:
  1.  Kotak Pos/Kantor Pos
  2. Amplop surat/pembungkusnya
  3. Surat/isi kiriman
  4. Nama Pengirim
  5. Nama Penerima dan Alamat
  6. Perangko
Dimanapun tempat sebuah  upacara yadnya berlangsung atau diselenggarakan,baik di Pura, paumahan atau rumah dan lain sebagainya, bolehlah kita ibaratkan bagaikan sebuah kantor pos. Sebuah tempat dimana kita bisa mengirimkan berbagai surat ataupun bebagai jenis kiriman lainya kepada siapapun yang kita inginkan. Demikianpun tempat dimana sebuah upacara yadnya dilangsungkan, lewat yadnya tersebut kita bisa mempersembahkan berbagai persembahan dan juga mengirimkam permohonan dan doa kepada Tuhan. Jika sekadar surat biasa yang kecil  mungkin bisa hanya dengan dimasukan kedalam  kotak pos. Namun jika kiriman yang lebih besar tentu kita harus datang sendiri ke kantor pos.

Kamis, 04 Juni 2015

Siwa Trayambakam



Picture taken from Google

Mari senantiasa bermeditasi, mengingat dan merenungkan(dhyanam) keagungan dan kebesaran-Nya, mengulang - ulang nama suci-Nya dalam Japa, melantunkan dan menyanyikan(bhajan) kebesaran-Nya dengan lantunan bait - bait mantra suci(pangastawa) serta lagu dan kidung rohani.

Pentingnya Mengetahui Arti & Maksud Sebuah Mantra.



Mantra merupakan sebuah kata atau gabungan beberapa buah kata yang sangat kuat atau ampuh, yang diperoleh atau didengar oleh para bijak atau para maharsi yang dapat membawa seseorang yang mengucapkannya melintasi lautan kelahiran kembali. Inilah arti tertinggi dari kata mantra, arti lain dari kata mantra adalah kata atau gabungan dari beberapa kata yang memiliki daya kekuatan yang mampu memenuhi keinginan - keinginan tertentu dari yang mengucapkannya. Mantra adalah sebuah kekuatan kata yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan keinginan rohani dan material seseorang.  Mantra bagaikan sebuah energi dashyat, energi atom, yaitu sebuah kekuatan yang bertindak sesuai dengan tingkat bakti dan keyakinan dari orang yang mempergunakannya.

Diceritakan bahwa Kumbhakarna melakukan tapa dan pemujaan guna menyenangkan Dewa Brahma. Kemudian Dewa Brahma berkenan hadir dan mempersilahkan Kumbhakarna mengajukan permohonannya. Kumbhakarna pun mengajukan permohonan agar tak terkalahkan oleh para dewa,. Tak terkalahkan dalam bahasa Sansekerta adalah NIRDEWATWA. Namun akibat dari ulah Dewi Saraswati yang diminta oleh Dewa Brahma untuk memalingkan keinginan Kumbhakarna tersebut, maka melalui lidah Kumbhakarna yang sudah ditempati oleh Dewi Saraswati yang juga disebut sebagai Wak Dewi, yaitu dewi penguasa ucapan, maka Kumbhakarna yang sebenarnya bermaksud memohon agar tidak terkalahkan oleh para dewa atau NIRDEWATWA, malah salah ucap dengan  mengucapkan kata NIDRAWATWA yang berarti tidur. Maka sesuai dengan apa yang ia ucapkan maka Kumbhakarna pun tertidur. Kata Nirdewatwa dan Nidrawatwa memang hampir mirip dan dalam pengucapannya tidak memiliki terlalu banyak perbedaan. Namun hal ini telah menimbulkan  akibat dan hasil yang jauh sekali.

Selasa, 02 Juni 2015

Dewa Ganesha


Dewa Ganesha adalah salah satu perwujudan atau manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Dia adalah putra pertama dari Dewa Siva dan Dewi Parwati. Dewa Ganesha adalah dewa yang memiliki gelar sebagai dewa penguasa segala pengetahuan dan kecerdasan serta kebijaksanaan. Dewa Ganesha juga adalah dewa pelindung, dewa penolak bala atau bencana serta dewa yang penguasa segala rintangan. Beliau adalah dewa yang menempatkan segala rintangan tapi juga dewa yang menghalau rintangan tersebut. Dewa Ganesha dalam penggambaran wujud-Nya digambarkan berkepala Gajah-Gajanana, berlengan empat-catur hastam dan berbadan gemuk-Lambhodara.

Minggu, 31 Mei 2015

Datanglah Kerumah-Nya Dan Jadilah Tamu-Nya



Sastra suci mengatakan “Atithi Devo Bhava”, yang bermakna hormatilah tamu yang datang bagaikan seorang dewa. Ini adalah sebuah etika sopan santun dalam budaya dan tradisi masyarakat Hindu, dalam menyambut, menerima dan menghormati tamu yang datang berkunjung kerumahnya. Oleh sebab itulah  sebagai seorang tuan rumah yang baik, seorang Hindu akan melayani dengan keramah tamahan dan kesopan santunan, siapapun yang bertamu ke rumah mereka. Bagi mereka menyambut dan melayani tamu dengan keramah tamahan dan kesopan - santunan, serta berusaha memenuhi segala permintaan mereka adalah sebuah bentuk pelayanan dan persembahan kepada Tuhan.

Sebagai orang Hindu, kita yakin bahwa Pura adalah “rumah Tuhan”, sebuah tempat dimana Beliau berstana atau bersemayam. Sehingga saat kita datang dan memasuki sebuah Pura, ketahuilah bahwa kita adalah tamu bagi Tuhan dan Beliau adalah tuan rumahnya.

Jumat, 15 Mei 2015

Tumpek Landep



Dengan ketajaman(LANDEP) pikiran yang telah dianugerahkan Tuhan, manusia telah mampu menemukan dan membuat berbagai perlatan yang mampu untuk membantu dan memudahkannya untuk hidup dan mencapai kesejahteraan(LANDUH).

Senin, 11 Mei 2015

Dharma-Artha-Kama-Moksha, Hinduism Way Of Life.



Di dalam ajaran Hindu ada yang disebut dengan Catur Purusha Artha, yang sering dimaknai sebagai empat tujuan hidup manusia. Empat tujuan hidup yang dimaksud adalah: 
  1.  Dharma yaitu kebenaran dan kebajikan
  2.  Artha yaitu kekayaan 
  3.  Kama yaitu keinginan  
  4. Moksha yaitu kelepasan dari ikatan kehidupan duniawi dan samsara
Dharma adalah kebenaran dan kebajikan, yang menjadi pondasi dan landasan hidup manusia. Oleh karena itu Dharma ditempatkan pada urutan yang pertama. Karena semua tujuan dalam hidup itu haruslah berdasarkan pada kebenaran dan kebajikan.

Jumat, 08 Mei 2015

Obrolan antara aku dan AKU, antara saya dan SAYA



"Dengarkanlah wahai sahabat, bahwa dalam rangka mengajarkan, menegakan dan melindungi ajaran kebenaran-Nya Tuhan tidak pernah dan tidak perlu memberikan "OTORITAS" kepada siapapun, baik perorangan, kelompok maupun lembaga untuk menjadi wakil-Nya atau petugas-Nya ataupun pelayan-Nya di dunia ini"

"Tuhan bukan milik perorangan, kelompok atau lembaga, tapi Dia akan datang secara pribadi kepada setiap pribadi yang ingin berjumpa dengan-Nya"

"Dalam bentuk dan wujud apa Ia akan datang serta bagaimana aku mengenali-Nya?"

Minggu, 03 Mei 2015

Makna Dalam Sebuah Pipis Rejuna, Bima Dan Malen



Pernahkah anda mendengar tentang Pis Rejuna, Pis Bima, Pis Malen?

Saya yakin anda pasti pernah mendengarnya meskipun sekilas. Tapi mereka yang sangat menyukai mistik dan benda - benda gaib atau benda yang dianggap bertuah Pis Rejuna, Pis Bima, Pis Malen adalah sesuatu yang tak asing lagi.
Pis  atau pipis adalah sebuah kata dalam bahasa Bali yang berarti uang. Uang yang dimaksud disini adalah mata uang kuno yang berbentuk koin. Sedangkan Rejuna adalah Arjuna yaitu seorang tokoh di dalam epos agung Mahabarata. Dalam versi pewayangan di Nusantara, tokoh Arjuna diyakini sebagai tokoh yang sangat tampan dan dicintai oleh para wanita. 

Courtesy Of Google
Pis Rejuna adalah sebuah benda yang berbentuk koin atau mata uang logam dengan gambar tokoh atau figur pewayangan, Arjuna. Masyarakat atau mereka yang percaya akan mistik, gaib dan benda - benda bertuah, meyakini apabila seseorang memiliki Pis Rejuna ini, maka orang tersebut akan terlihat sangat tampan dan menarik hati sehingga disukai dan dicintai oleh para wanita atau dalam kata lain akan sangat mudah menaklukan hati para wanita.
Kemudian ada juga yang namanya Pis Bima,  Bima adalah juga tokoh dalam epos agung Mahabarata. Bima adalah tokoh yang memiliki kekuatan yang fisik yang luar biasa bagaikan 20 ekor gajah, kebal dan penuh wibawa. Dan barang siapa yang memiliki koin dengan gambar Bima ini dipercaya akan memiliki kekuatan seperti Bima.

Selasa, 28 April 2015

Manusia Adalah Sempurna



Kesempurnaan Manusia Adalah Ketidaksempurnaannya

Ketidaksempurnaan ini adalah kesempurnaan itu.
(Ganapatyananda)


Kita-manusia sering mengatakan diri kita adalah mahkluk yang tak sempurna, yang tak pernah lepas dari kekeliruan, yang terbatas dan lain sebagainya, apakah memang demikian adanya?.



Senin, 27 April 2015

Tidak Ada Yang Lain Selain Tuhan

"Apakah engkau sepakat bahwa Tuhan itu satu adanya, apakah engkau sepakat bahwa Tuhan adalah pemilik semua ini dan apakah engkau sepakat bahwa Tuhan adalah Maha Kuasa?"
.
Sebuah pertanyaan yang ingin saya ajukan kepada mereka yang begitu mengagung - agungkan nama dan perwujudan Tuhan-nya dan seakan berusaha merendahkan keyakinan dan Tuhan yang dipuja oleh orang lain.

Jika engkau sepakat, berarti engkau pasti juga sepakat bahwa semua nama adalah milik-Nya, semua wujud adalah milik-Nya.

Picture taken from Google
Tapi mengapa engkau meninggikan wujud yang INI dan merendahkan wujud yang ITU. Memuliakan nama yang INI dan menistakan nama yang ITU.

Milik siapakah Wujud yang INI, milik siapakah wujud yang ITU, milik siapa ?

Milik siapakah nama yang INI, milik siapakah nama yang ITU, milik siapa ?

Jika yang berwujud INI adalah Tuhan, siapakah yang tak berwujud ITU, siapa ?

Minggu, 26 April 2015

Paramatman dan Atman.



Sebuah pertanyaan di sebuah media sosial cukup menyita perhatian saya, hingga saya pun ingin ikut memberikan komentar dan pendapat,bunyi pertanyaannya seperti ini; 

"Jikalau benar Atman (roh manusia) adalah percikan dari dari Paramatman (Tuhan), seharusnya sifat manusia itu selalu baik, sebaik Tuhan. Lalu kenapa manusia zaman sekarang memiliki berbagai sifat buruk, berperang, iri hati, egois dan berbagai sifat buruk lainnya. Apakah Atman yang baik juga mengalami kemerosotan?".

Picture taken from Google
Saya ingin menganalogikan Paramatman dan Atman dengan aliran energi listrik. Bagaikan energi listrik yang mengalir dan menghidupkan berbagai peralatan elektronik, demikianpun halnya sang Paramatman, memberikan kehidupan kepada semua jenis makhluk di alam semesta. Untuk menyalakan atau menghidupkan berbagai peralatan listrik kita tinggal menghubungkannya dengan sebuah sumber listrik atau stop contact. Mau menyalakan TV, radio atau kipas angin, tinggal hubungkan dengan sumber listrik demikianpun untuk menyalakan lampu. 

Dengan energi listrik berbagai peralatan elektronik yang berbeda tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Lampu menjadi bercahaya terang, radio bisa bersuara, kipas angin bisa berputar dan lain sebagainya. Energi listrik yang mengalir dan menyalakan sebuah bola lampu adalah energi listrik yang sama yang mengalir dan menghidupkan sebuah setrika. Energi listrik dalam bola lampu menjadi cahaya, sedangkan energi listrik dalam setrika menjadi panas, namun ia adalah energi listrik yang sama. 

Saat belum terhubung dengan berbagai peralatan elektronik tersebut, bentuk dari energi listrik tidak berubah dan senantiasa sama. Baik di sumber ataupun dalam alirannya, energi listrik adalah energi yang sama, tidak berbeda, tidak berubah dan tidak tercemar. Energi listrik hanya akan berubah bentuk, ketika dihubungkan dan dipergunakan untuk menyalakan atau menghidupkan sebuah peralatan elektronik. Energi listrik akan berubah menjadi energi yang sesuai dengan peruntukan alat elektronik yang dihubungkan kepadanya. Energi listrik bisa berubah bentuk menjadi panas, suara, gerak maupun cahaya. Tapi bentuk energi listrik itu tetap sama ketika ia tidak dihubungkan dengan sebuah peralatan elektronik.

Demikianpun sang Atma, Ia bukanlah sesuatu yang berbeda dari sumbernya, Paramatma. Paramatma bagaikan air di samudra dan Atma adalah percikan - percikan kecil dari deburan ombaknya. Paramatma bagaikan energi listrik bebas, yang tak terhubung dengan sebuah peralatan elektronik. Sedangkan Atman bagaikan energi listrik yang telah dihubungkan untuk menghidupkan atau menyalakan sebuah peralatan elektronik yang kemudian berubah bentuk sesuai dengan fungsi alat elektronik tersebut. 

Sattwam rajas tamas iti gunāh prakrti-sambhavāh
Nibadhnanti mahā-bāho dehe dehinam avyayam

Alam material terdiri dari tiga sifat alam, kebaikan, nafsu dan kebodohan. Bila roh yang kekal berhubungan dengan alam material, maka ia diikat oleh sifat - sifat tersebut, wahai Arjuna yang berlengan perkasa

Paramatman adalah Roh Utama yang bebas, yang tak berhubungan dan tak terikat oleh alam material ataupun terkukung di dalam badan. Sedangkan Atman adalah Roh yang berhubungan dengan alam material sehingga diikat oleh ketiga sifat alam material tersebut. Atman adalah percikan terkecil dari Paramatman yang terkukung di dalam badan material ini. Namun Paramatman dan Atman adalah satu dan sama, tidak ada beda, baik sifat maupun kemurniannya.

Baik atau buruk kwalitas dari sebuah peralatan elektronik tidak dipengaruhi oleh aliran energi listrik. Demikianpun baik atau buruk kualitas sebuah barang elektronik tidak akan mempengaruhi atau mencemari energi listrik. Tapi tanpa energi listrik tidak satupun peralatan elektronik tersebut yang bisa berfungsi. Baik atau buruk, awet atau tidaknya kwalitas sebuah barang elektronik akan tergantung dari pabrikan dan sangat dipengaruhi oleh cara pemakaian dan perawatannya. 

Demikianpun halnya dengan sang Roh, sang Atman, meskipun Atman adalah yang memberi kehidupan kepada badan material ini, tapi baik atau buruk, kebajikan ataupun kejahatan yang menjadi sifat dan tindakan seseorang tidak dipengaruhi oleh sang Atman. Demikianpun sebaliknya, baik atau buruk, kebajikan ataupun kejahatan yang dilakukan seseorang tidak akan mempengaruhi atau mencemari sang Atman, sang Atman tetap murni dan suci seperti sifat sejati-Nya.

Baik atau buruk karakter seseorang dipengaruhi oleh karma, pendidikan, pergaulan serta lingkungan. Baik atau buruk karakter seseorang tidak dipengaruhi oleh Atman. Sifat Atman tetap murni, suci tak tercemar, tak merosot, seperti halnya Paramatman karena Paramatman dan Atman adalah satu. Oleh karena itulah sastra suci mengatakan bahwa "Brahman Atman Aikyam", Brahman(Paramatman/Tuhan) dan Atman adalah satu. Karena memang hanya ada satu sumber memberikan hidup bagi semua mahkluk yaitu Tuhan, sang Paramatman, sang Atman.

(Ganapatyananda)

Kamis, 23 April 2015

Tahapan Dalam Spiritualitas



Salah satu hal yang membuat manusia untuk berusaha mendekatkan diri dengan Tuhan adalah keyakinan akan adanya kekuatan agung yang menciptakan, mengatur, memelihara serta yang akan melebur semesta beserta isinya ini. Disamping itu juga sebagai makhluk yang mempunyai keterbatasan, manusia merasa perlu untuk mencari suatu tempat atau kekuatan untuk berlindung dan bergantung, dan kekuatan itu adalah Tuhan.

Dari keyakinan ini dan dalam usahanya mendekatkan diri dengan Tuhan, mulai tumbuh benih - benih keingintahuan manusia tentang Tuhan dan kemahakuasaannya serta tentang sang diri sejati. Pertanyaan - pertanyaan inilah yang menumbuhkan benih - benih dalam diri seseorang untuk mulai melangkah di jalan spiritual. Dan dimulailah tahapan - tahapan spiritual yang dilakoni oleh manusia untuk mendapatkan jawaban dari berbagai pertanyaanya tersebut.

Orang tua yang memiliki anak yang sudah usia sekolah tentu akan mencarikan dan memasukan anaknya ke sebuah lembaga belajar atau sekolah. Demikianpun jika seseorang ingin belajar spiritual tentu ia harus mencari dan menemukan tempat atau guru spiritual yang menurutnya baik dan mumpuni. Jadi tahap awal seseorang yang mulai terjun dan melangkah dalam spiritualitas adalah berusaha mencari atau menemukan orang yang bisa membantu dan membimbing mereka. Entahkah itu seorang yang dianggap suci ataukah mereka yang memang adalah seorang praktisi spiritual ataukah ikut bergabung dalam sebuah kelompok belajar spiritual.

Tahapan spiritual seseorang hampir sama dengan tahapan tingkat pendidikan di sekolah pada umumnya. Mulai dari Taman Kanak - Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menegah Atas (SMA) dan Universitas atau sekolah tinggi.

Pada tahap awal perjalanan spiritual seseorang, ia akan lebih banyak berkecimpung dalam hal ritual, tata cara sembahyang dan persembahan yang sesuai dengan apa yang mereka ketahui dari turun temurun, dari buku ataupun yang diajarkan guru rohaninya. Bagaikan anak TK yang lebih banyak diajak bermain, bernyanyi dan kegiatan yang menyenangkan yang dilakukan secara  bersama - sama oleh gurunya. Namun mereka hanya melakukan segala kegiatan ritual, sembahyang dan mempersembahkan persembahan tanpa pernah berusaha memahami lebih dalam segala arti dan makna yang terkandung dalam semua kegiatan tersebut. Inilah kulit terluar dalam dunia spiritual, penuh ritual dengan berbagai bahasa simbol, cara sembahyang dan berbagai persembahan.

Ketika beranjak ke tahapan berikutnya, anggaplah tahapan Sekolah Dasar, mereka mulai belajar membaca dan menulis. Tahapan spiritual seseorang dalam tingkatan ini adalah fase dimana mulai tumbuh keinginan untuk mengetahui makna dan arti bahasa simbol dalam ritual, metode sembahyang serta persembahannya. Mereka mulai tertarik untuk membaca dan mempelajari sastra - sastra suci yang berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga membaca dan mempelajari sastra suci  adalah hal yang paling getol mereka lakukan. Sedikit - sedkit mengutip ayat dan sloka sastra suci dan menjadikan penguasaannya dalam hal sastra suci sebagai sebuah kebanggaan. 

Namun pengetahuan dan pemahamannya hanya sebatas ini betul dan itu salah. Sama halnya ulangan umum tingkat SD, yang hanya perlu memilih betul (B) atau salah (S) dari pilihan jawaban yg telah disediakan. Dalam tahapan ini kecenderungan mereka adalah belajar mendiskriminasi antara yang benar dan yang salah, hanya itu. Namun semua harus by the book, sesuai dengan apa yang tercantum dalam buku, sastra suci atau pelajaran yang di ajarkan oleh guru mereka. 

Dalam tahapan inilah peran seorang guru spiritual sangatlah penting. Kesalahan dalam memilih guru rohani yang baik bisa menjadi sebuah hal yang fatal. Seseorang yang terlanjur dicekoki dengan berbagai doktrin sempit oleh guru yang tidak baik, bisa tumbuh menjadi seorang spiritualist yang fanatik.  Yang  cenderung sulit menerima kebenaran atau pendapat spiritual dari orang lain. Karena mereka cenderung terlalu kukuh, terhadap apa yang sedang mereka pelajari saja dan yang diajarkan oleh guru mereka. Baru sedikit yang mereka pelajari tapi mereka “merasa” telah mengetahui banyak hal. 

Namun mereka yang menemukan guru rohani yang baik, fase ini akan menjadi sebuah fondasi dalam kehidupan spiritual seseorang. Sebagian besar orang yang terjun dalam dunia spiritual pernah mengalami fase ego spiritual, namun bimbingan guru rohani yang baik akan membantu seorang murid untuk melewatinya. Mereka yang terus berusaha melangkah maju dan bersahabat dengan orang - orang yang baik dan orang - orang yang mampu mendukung kemajuan spiritualnya, akan mampu melewati fase ini dengan mudah. 

Kemudian tahapan berikutnya, anggaplah tahapan tingkat SMP atau spiritualitas tingkat menengah. Dalam sebuah ujian, siswa SMP diharapkan mampu menentukan dan memberikan jawaban yang benar dari pilihan jawaban yang disediakan, yaitu A-B-C-D. Lebih banyak pilihan tentu menjadi sedikit lebih sulit, namun tetap saja semua pilihan jawaban telah disediakan terlebih dahulu.  Sama halnya dengan seorang spiritualist dalam tahapan ini, mereka sudah mampu memilih dan menetukan apa yang terbaik di antara yang baik bagi kemajuan spiritualnya.

Dalam tahapan ini seorang spiritualist, sudah memiliki daya diskriminasi yang lebih baik, hingga mampu menentukan apa yang terbaik diantara yang baik demi kemajuan spiritualnya. Mereka sudah mulai memilih sadana yang terbaik dan cocok baginya. Dalam tahapan ini mereka sudah mulai melaksanakan sadana rohani, seperti japa dan meditasi serta berbagai sadana rohani lainya. Mereka mulai menghindari apa yang tidak baik atau yang bisa menghambat kemajuan rohaninya, baik dalam pergaulan maupun dalam hal makanan. Namun terkadang dalam tahapan ini, ada kecenderungan menganggap sadana atau praktek rohaninyalah yang terbaik, sehingga sering kali memandang sebelah mata sadana atau praktek rohani orang lain. Mereka pun belum mampu melihat kebenaran dalam berbagai keyakinan yang berbeda. Bagaikan memilih jawaban A-B-C-D, mereka hanya memilih satu dan menganggap yang lain adalah salah. Namun dalam tahapan berikutnya mereka akan mulai menyadari bahwasanya ada banyak jalan mencapai Tuhan.

Berikutnya adalah tingkat SMA, tingkat menengah atas, seorang spiritualist dalam tingkatan ini sudah mampu menemukan sendiri berbagai jawaban - jawaban yang menjadi pertanyaan - pertanyaan dalam perjalanan spirtualnya. Mereka menemukannya sendiri melalui berbagai pembelajaran yang ia terima dari guru rohaninya maupun dari buku ataupun sastra suci yang ia baca. Dalam tahapan ini ia betul - betul telah memiliki pengetahuan rohani yang mumpuni.

Bagaikan dalam sebuah ujian, jawaban yg diminta bukan lagi memilih benar atau salah, atau pilihan A-B-C-D dari jawaban yg telah disediakan. Tapi jawaban yg diminta adalah jawaban essay, dari pengetahuan dan pemahaman siswa itu sendiri. Sehingga para siswa SMA harus sangat tekun dalam kegiatan belajarnya. Demikanpun  seorang spiritualist dalam tahapan ini, ia benar - benar tekun dan tenggelam dalam sadana rohani dan usaha meningkatkan pengetahuan rohaninya dalam setiap waktu.

Seorang spiritualist yang berada dalam tingkatan ini, tingkat menengah atas, mereka telah memiliki pemahaman bahwa setiap langkah yang dilakukan seseorang dalam upayanya mendekatkan diri dengan Tuhan adalah suatu hal yang harus didukung dan dihargai. Tidak ada jalan yang salah bagi seseorang yang tengah berusaha menapak jalan spiritualitas, bagaimanapun jalan dan cara yang ia tempuh. Yang menjadi perhatian mereka hanyalah kualitas dari pelaksanaannya saja. Mereka yang berada dalam tahap atau tingkat ini sangat menghormati orang - orang yang tengah berusaha maju dalam praktek spiritualnya, sekecil apapun langkah mereka. Mereka betul - betul telah mempunyai kesadaran diri bahwa ada banyak jalan yang bisa ditempuh untuk mencapai Tuhan.

Tahapan selanjutnya adalah tingkat Universitas atau spiritualitas yang boleh dikatakan tingkat tinggi. Sebagai sebuah syarat kelulusan, seorang mahasiswa atau mahasiswi diwajibkan untuk menulis sebuah karya ilmiah atau skripsi, yaitu sebuah paparan ilmiah dari hasil sebuah penelitian. Skripsi ini dibuat berdasarkan praktek kerja lapangan dan penelitian langsung yang  mereka lakukan. Kemudian dari penelitian inilah mereka akan menuliskan skripsi yaitu sebuah karya tulis ilmiah berupa paparan hasil penelitian. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi dianggap mampu memadukan pengetahuan dan keterampilannya dalam memahami, menganalisis, menggambarkan, dan menjelaskan masalah yang berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. 

Demikianpun seorang spiritualist yang berada dalam tahapan ini. Mereka telah menemukan dan mencapai kesadaran rohani, melalui penelitian dan penggalian langsung kedalam diri serta melalui berbagai pengalaman rohani. Mereka yg berada dalam tahapan ini adalah mereka yang telah mengalami kesadaran spiritual, mendapatkan pencerahan dan mengalami Tuhan secara pribadi. Bagaikan seorang pendaki gunung, mereka telah mencapai puncak gunung kesadaran. Dimana kesadarannya telah menyatu dengan kesadaran semesta.

Seseorang yang telah lulus Universitas atau sekolah tinggi, ambilah contoh seorang sarjana keguruan, maka ia pantas mengajar dalam sebuah sekolah, entah itu di SD, SMP atau SMA. Demikianpun mereka yang telah mencapai puncak kesadaran rohaninya, sangat pantas menjadi seorang Guru Spiritual. Seorang guru yang akan mampu membawa muridnya mencapai apa yang telah ia capai, yaitu kesadaran rohani, pencerahan dan mengalami Tuhan secara langsung.

Semua tahapan diatas akan dilalui oleh mereka yang terjun dalam dunia spiritual. Mungkin yang akan  membedakan hanyalah waktu tempuh yang diperlukan masing - masing individu. Ada yang cepat ada yang agak lambat, atau mungkin ada yang tidak naik kelas hingga butuh waktu yang lebih lama.  Sehingga dalam tahapan manapun seseorang berada, baik TK, SD, SMP, SMA maupun Universitas hendaknya senantiasa dihormati dan dihargai. 

Bagaikan anak tangga, kita tidak akan langsung masuk SD tanpa masuk TK terlebih dahulu. Kita tidak akan masuk SMP tanpa lulus SD terlebih dahulu dan begitu seterusnya. Pemahaman rohani setiap orang mungkin berbeda dan semua perbedaan tersebut harus dihormati dan dihargai. Jika memiliki pengetahuan dan pemahaman rohani yang lebih baik, saatnya berbagi ilmu dan pengalaman dengan yang lain. Jika merasa kurang mari belajar dari yang lebih, dengan pikiran yang terbuka dan kesiapan menerima pengetahuan dari orang lain. 

Mereka yang senantiasa belajar adalah orang yang cerdas karena hidup adalah belajar dan belajar itu hidup. Jangan pernah merasa mengetahui segala hal, karena keterbatasan manusia, tidak ada manusia yang pintar dalam segala hal. Mari saling berbagi dan mengisi diri dengan pengetahuan, niscaya kita akan sampai pada tujuan dengan lebih cepat, aman dan selamat. Om Gam Ganapataye Namah.
...........................................................................
 

(Ganapatyananda)