Pelaksanaan sebuah ritual upacara
yadnya dengan segala upakaranya mungkin bisa kita ibaratkan seperti saat kita
akan mengirim sebuah surat di kantor pos. Seperti kita ketahui untuk mengirim surat
ada beberapa unsur yang harus ada dan dipenuhi yaitu:
- Kotak Pos/Kantor Pos
- Amplop surat/pembungkusnya
- Surat/isi kiriman
- Nama Pengirim
- Nama Penerima dan Alamat
- Perangko
Dimanapun tempat sebuah upacara yadnya berlangsung atau diselenggarakan,baik di Pura, paumahan atau rumah dan lain sebagainya, bolehlah kita ibaratkan
bagaikan sebuah kantor pos. Sebuah tempat dimana kita bisa mengirimkan berbagai surat
ataupun bebagai jenis kiriman lainya kepada siapapun yang kita inginkan. Demikianpun tempat dimana sebuah upacara yadnya dilangsungkan, lewat yadnya tersebut kita bisa mempersembahkan berbagai persembahan dan juga mengirimkam permohonan dan doa kepada Tuhan. Jika
sekadar surat biasa yang kecil mungkin
bisa hanya dengan dimasukan kedalam
kotak pos. Namun jika kiriman yang lebih besar tentu kita harus datang
sendiri ke kantor pos.
Amplop surat tersedia dalam
berbagai warna dan ukuran, ada yang besar maupun kecil ada yang sederhana
ataupun yang wah. Apabila yang akan di pos atau dikirimkan berupa barang yang
lebih besar, kita dapat membungkusnya dengan kardus bekas ataupun kotak yang
sesuai dengan selera dan apa yang akan dikirim atau diposkan. Demikianpun
sebuah ritual yadnya dalam tradisi agama Hindu kita di Bali. Berbagai bentuk yadnya, dari dewa yadnya sampai bhuta yadnya
dapat dibaratkan sebagai sebuah amplop. Upakara
dan ritual yadnya bagaikan pembungkus terluar atau hanya kulit luar. Bisa
berbentuk sangat sederhana sampai mewah, megah dan meriah. Bisa kecil ataupun
besar tergantung jenis dan tingkatan
upacara yadnya yang diselenggarakan serta kemampuan sang penyelenggaran
Isi surat atau isi kiriman dapat
diibaratkan dengan berbagai persembahan, daun, bunga, buah dan air, berbagai
doa dan berbagai harapan yang kita kirimkan dan mohonkan kepada Tuhan.
Pengirim tentu adalah sang yajamana atau sang penyelenggara upacara, bisa pribadi
perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat dalam lingkup yang lebih
besar.
Nama penerima atau alamat tujuan
diibaratkan kepada siapa upacara yadnya dan persembahan itu ditujukan. Apakah
kepada para dewa, leluhur, sesama manusia, kepada guru rohani atau kepada para bhuta.
Mantra - mantra Weda yang dilantunkan oleh para Pandita atau para Pinandita
yang memimpin upacara adalah berbagai alamat tujuan kepada siapa yadnya dan
persembahan itu ditujukan. Ketika para Pandita atau Pinandita ini melantunkan
berbagai mantra suci, ibaratnya beliau tengah menuliskan nama - nama yang
dituju serta alamatnya serta kemana semua persembahan tersebut akan dikirimkan.
Semakin lengkap dan semakin jelas serta alamat yang dituju maka kiriman pun
akan bisa sampai di tujuan dengan lebih mudah.
Tapi surat atau kiriman apapun
tidak akan bisa sampai tujuan walaupun telah dibungkus dengan bungkus atau
amplop yang bagus dan wah. Walaupun isi surat atau kiriman tersebut adalah
barang - barang yang sangat mahal.
Walaupun nama pengirim dan alamat yang dituju sudah ditulis dengan
lengkap dan jelas. Karena masih ada satu hal yang terpenting yang harus ada
saat kita akan mengirim surat. Sebab proses pengiriman tidak akan bisa
terlaksana apabila benda ini tidak ada. Benda tersebut adalah perangko. Perangko
ini memiliki nilai yang akan menentukan kecepatan dari proses pengiriman dari
surat ini. Semakin mahal sebuah perangko
maka semakin cepat kiriman akan sampai.
Demikanpun sebuah ritual upacara
yadnya tidak akan mencapai tujuannya dan tidak akan memberikan manfaat apapun
walaupun diselenggarakan dengan besar - besaran, megah, meriah dan wah.
Walaupun ritual upacara yadnya tersebut dianggap memiliki tingkatan yang utama.
Walaupun upacara tersebut dilaksanakan dengan segala persembahan yang terbaik
ataupun walaupun ritual tersebut dipimpim oleh pandita atau pinandita yang
terbaik dengan kemampuan dan pengetahuan tentang berbagai mantra. Namun tetap
saja yadnya tersebut tidak akan mencapai
tujuan dan tidak akan memberikan manfaat apapun apabila tanpa rasa bakti
sebagai perangkonya.
Perangko adalah rasa bakti dan
keyakinan dari sang yajamana atau sang penyelenggara upacara. Semakin tulus dan
semakin besar dan semakin tinggi kualitas bakti dari sang penyelenggara yadnya maka
ibarat sebuah perangko yang nilainya semakin besar maka semakin cepat pula
surat dan kiriman itu sampai.Karena seperti kita ketahui semakin tinggi nilai
perangkonya maka semakin cepat pula kiriman sampai di tujuan.
Anggapan bahwa dengan berbagai upakara, berbagai mantra ,
kekuatan bathin dan percikan tirta dari sang Sulinggih ataupun sang pinandita maka tujuan dari yadnya
akan tercapai adalah sebuah kekeliruan. Demikianpun anggapan bahwa hanya dengan
percikan tirtha suci dari beliau ini, semua kegiatan yadnya dan persembahannya bisa
di sempurnakan adalah juga sebuah kekeliruan.
Sang Sulinggih atau sang
pinandita adalah sang pemimpin upacara yang memberikan arahan, petunjuk dan sang
pelaksana dari upacara yadnya tersebut. Namun beliau hanya pelaksana saja,
berhasil atau tidaknya yadnya yang dilaksanakan tetap akan tergantung dari sang
yajamana. Rasa bakti dan keyakinan Sang yajamana adalah yang pada akhirnya akan
"muput" dan menyempurnakan upacara dan upakara yang diselenggarakannya. Keyakinan dan rasa
baktinya itulah perangko yang akan
membawa surat atau kirimannya sampai di tujuan. Itulah sebabnya upacara yadnya
apapun pasti ditutup dengan kegiatan muspa oleh sang yajamana beserta
keluarganya serta siapapun yang terlibat dalam kegiatan yadnya tersebut.
Cakupan tangan dalam pamuspan adalah sebuah ungkapan ketulusan, keyakinan dan
bakti sang yajamana.
Bagaimanapun besarnya upacara
yang diselenggarakan, betapapun megah dan wahnya, namun jika diselenggarakan
tanpa menghiraukan aturan sastra suci, tanpa lantunan mantra suci Weda, tanpa
pembagian makanan, tanpa pemberian sumbangan kepada para pendeta dan tanpa rasa
bakti adalah sebuah upacara yadnya dalam kebodohan. Upacara yadnya yang seperti
ini tidak akan memberikan manfaat apa - apa, selain pemborosan dari sumber daya
alam dan sumber daya manusia. Tuhan hanya akan menerima persembahan dan
permohonan dari mereka yang betul - betul tulus, penuh keyakinan dan rasa
bakti. Ketulusan dan bakti itulah yang membawa segala upacara, upakara, doa dan permohonan kita yang persembahkan sampai dan diterima oleh Tuhan
Ketika semua unsur dalam mengirim
surat telah dipenuhi, maka surat pun akan sampai di tujuan. Demikianpun yadnya
akan mencapai tujuannya apabila semua unsur ini telah dipenuhi, yaitu:
- Kotak Pos/Kantor Pos - Tempat pelaksanaan upacara yadnya
- Amplop surat/pembungkusnya - Ritual atau upacara yadnya beserta upakaranya
- Surat/isi kiriman - Persembahan, doa dan berbagai permohonan
- Nama Pengirim - Sang yajamana, penyelenggara yadnya
- Nama Penerima dan Alamat - Mantra - mantra suci Weda
- Perangko - Ketulusan dan rasa bakti
Semua memang saling melengkapi namun ketulusan dan rasa
baktilah adalah yang paling utama, yang menyempurnakan semua persembahan kita.
Ketulusan dan rasa baktilah yang akan membawa segala permohonan dan doa kita
kepada Tuhan dan ketulusan dan rasa bakti itulah yang akan membawa jawaban dari
semua permohonan dan doa tersebut.
...............................................................
(Ganapatyananda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar