Selasa, 09 Juni 2015

Bakti Adalah Pemuput Yadnya



Pelaksanaan sebuah ritual upacara yadnya dengan segala upakaranya mungkin bisa kita ibaratkan seperti saat kita akan mengirim sebuah surat di kantor pos. Seperti kita ketahui untuk mengirim surat ada beberapa unsur yang harus ada dan dipenuhi yaitu:
  1.  Kotak Pos/Kantor Pos
  2. Amplop surat/pembungkusnya
  3. Surat/isi kiriman
  4. Nama Pengirim
  5. Nama Penerima dan Alamat
  6. Perangko
Dimanapun tempat sebuah  upacara yadnya berlangsung atau diselenggarakan,baik di Pura, paumahan atau rumah dan lain sebagainya, bolehlah kita ibaratkan bagaikan sebuah kantor pos. Sebuah tempat dimana kita bisa mengirimkan berbagai surat ataupun bebagai jenis kiriman lainya kepada siapapun yang kita inginkan. Demikianpun tempat dimana sebuah upacara yadnya dilangsungkan, lewat yadnya tersebut kita bisa mempersembahkan berbagai persembahan dan juga mengirimkam permohonan dan doa kepada Tuhan. Jika sekadar surat biasa yang kecil  mungkin bisa hanya dengan dimasukan kedalam  kotak pos. Namun jika kiriman yang lebih besar tentu kita harus datang sendiri ke kantor pos.


Amplop surat tersedia dalam berbagai warna dan ukuran, ada yang besar maupun kecil ada yang sederhana ataupun yang wah. Apabila yang akan di pos atau dikirimkan berupa barang yang lebih besar, kita dapat membungkusnya dengan kardus bekas ataupun kotak yang sesuai dengan selera dan apa yang akan dikirim atau diposkan. Demikianpun sebuah ritual yadnya dalam tradisi agama Hindu kita di Bali. Berbagai bentuk  yadnya, dari dewa yadnya sampai bhuta yadnya dapat dibaratkan sebagai  sebuah amplop. Upakara dan ritual yadnya bagaikan pembungkus terluar atau hanya kulit luar. Bisa berbentuk sangat sederhana sampai mewah, megah dan meriah. Bisa kecil ataupun besar tergantung  jenis dan tingkatan upacara yadnya yang diselenggarakan serta kemampuan sang penyelenggaran

Isi surat atau isi kiriman dapat diibaratkan dengan berbagai persembahan, daun, bunga, buah dan air, berbagai doa dan berbagai harapan yang kita kirimkan dan mohonkan kepada Tuhan.  

Pengirim  tentu adalah sang yajamana atau sang penyelenggara upacara, bisa pribadi perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat dalam lingkup yang lebih besar.

Nama penerima atau alamat tujuan diibaratkan kepada siapa upacara yadnya dan persembahan itu ditujukan. Apakah kepada para dewa, leluhur, sesama manusia, kepada guru rohani atau kepada para bhuta. Mantra - mantra Weda yang dilantunkan oleh para Pandita atau para Pinandita yang memimpin upacara adalah berbagai alamat tujuan kepada siapa yadnya dan persembahan itu ditujukan. Ketika para Pandita atau Pinandita ini melantunkan berbagai mantra suci, ibaratnya beliau tengah menuliskan nama - nama yang dituju serta alamatnya serta kemana semua persembahan tersebut akan dikirimkan. Semakin lengkap dan semakin jelas serta alamat yang dituju maka kiriman pun akan bisa sampai di tujuan dengan lebih mudah.

Tapi surat atau kiriman apapun tidak akan bisa sampai tujuan walaupun telah dibungkus dengan bungkus atau amplop yang bagus dan wah. Walaupun isi surat atau kiriman tersebut adalah barang - barang yang sangat mahal.  Walaupun nama pengirim dan alamat yang dituju sudah ditulis dengan lengkap dan jelas. Karena masih ada satu hal yang terpenting yang harus ada saat kita akan mengirim surat. Sebab proses pengiriman tidak akan bisa terlaksana apabila benda ini tidak ada. Benda tersebut adalah perangko. Perangko ini memiliki nilai yang akan menentukan kecepatan dari proses pengiriman dari surat ini.  Semakin mahal sebuah perangko maka semakin cepat kiriman akan sampai. 

Demikanpun sebuah ritual upacara yadnya tidak akan mencapai tujuannya dan tidak akan memberikan manfaat apapun walaupun diselenggarakan dengan besar - besaran, megah, meriah dan wah. Walaupun ritual upacara yadnya tersebut dianggap memiliki tingkatan yang utama. Walaupun upacara tersebut dilaksanakan dengan segala persembahan yang terbaik ataupun walaupun ritual tersebut dipimpim oleh pandita atau pinandita yang terbaik dengan kemampuan dan pengetahuan tentang berbagai mantra. Namun tetap saja yadnya tersebut tidak akan mencapai tujuan dan tidak akan memberikan manfaat apapun apabila tanpa rasa bakti sebagai perangkonya.

Perangko adalah rasa bakti dan keyakinan dari sang yajamana atau sang penyelenggara upacara. Semakin tulus dan semakin besar dan semakin tinggi kualitas bakti dari sang penyelenggara yadnya maka ibarat sebuah perangko yang nilainya semakin besar maka semakin cepat pula surat dan kiriman itu sampai.Karena seperti kita ketahui semakin tinggi nilai perangkonya maka semakin cepat pula kiriman sampai di tujuan.

Anggapan bahwa  dengan berbagai upakara, berbagai mantra , kekuatan bathin dan percikan tirta dari sang Sulinggih  ataupun sang pinandita maka tujuan dari yadnya akan tercapai adalah sebuah kekeliruan. Demikianpun anggapan bahwa hanya dengan percikan tirtha suci dari beliau ini, semua kegiatan yadnya dan persembahannya bisa di sempurnakan adalah juga sebuah kekeliruan.

Sang Sulinggih atau sang pinandita adalah sang pemimpin upacara yang memberikan arahan, petunjuk dan sang pelaksana dari upacara yadnya tersebut. Namun beliau hanya pelaksana saja, berhasil atau tidaknya yadnya yang dilaksanakan tetap akan tergantung dari sang yajamana. Rasa bakti dan keyakinan Sang yajamana adalah yang pada akhirnya akan "muput" dan menyempurnakan upacara dan upakara yang diselenggarakannya. Keyakinan dan rasa baktinya  itulah perangko yang akan membawa surat atau kirimannya sampai di tujuan. Itulah sebabnya upacara yadnya apapun pasti ditutup dengan kegiatan muspa oleh sang yajamana beserta keluarganya serta siapapun yang terlibat dalam kegiatan yadnya tersebut. Cakupan tangan dalam pamuspan adalah sebuah ungkapan ketulusan, keyakinan dan bakti sang yajamana.

Bagaimanapun besarnya upacara yang diselenggarakan, betapapun megah dan wahnya, namun jika diselenggarakan tanpa menghiraukan aturan sastra suci, tanpa lantunan mantra suci Weda, tanpa pembagian makanan, tanpa pemberian sumbangan kepada para pendeta dan tanpa rasa bakti adalah sebuah upacara yadnya dalam kebodohan. Upacara yadnya yang seperti ini tidak akan memberikan manfaat apa - apa, selain pemborosan dari sumber daya alam dan sumber daya manusia. Tuhan hanya akan menerima persembahan dan permohonan dari mereka yang betul - betul tulus, penuh keyakinan dan rasa bakti. Ketulusan dan bakti itulah yang membawa segala upacara, upakara, doa dan permohonan kita yang persembahkan sampai dan diterima oleh Tuhan

Ketika semua unsur dalam mengirim surat telah dipenuhi, maka surat pun akan sampai di tujuan. Demikianpun yadnya akan mencapai tujuannya apabila semua unsur ini telah dipenuhi, yaitu:
  1. Kotak Pos/Kantor Pos - Tempat pelaksanaan upacara yadnya
  2. Amplop surat/pembungkusnya - Ritual atau upacara yadnya beserta upakaranya 
  3.  Surat/isi kiriman - Persembahan, doa dan berbagai permohonan
  4. Nama Pengirim - Sang yajamana, penyelenggara yadnya
  5. Nama Penerima dan Alamat - Mantra - mantra suci Weda
  6. Perangko - Ketulusan dan rasa bakti
Semua memang saling melengkapi namun ketulusan dan rasa baktilah adalah yang paling utama, yang menyempurnakan semua persembahan kita. Ketulusan dan rasa baktilah yang akan membawa segala permohonan dan doa kita kepada Tuhan dan ketulusan dan rasa bakti itulah yang akan membawa jawaban dari semua permohonan dan doa tersebut.
...............................................................

(Ganapatyananda)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar