Senin, 22 Juni 2015

Keyakinan Dalam Kebodohan



Seorang teman bercerita kepada saya, pengalaman bersama rombongannya melakukan perjalanan tirtha yatra ke beberapa Pura. Rombongan terdiri dari enam orang dan menggunakan sebuah kendaraan pribadi. Rombongan terdiri dari mereka yang rata - rata sudah berumur diatas kepala lima. Karena mungkin sudah berumur diatas kepala lima, tentu pembawaanya lebih religius dan keyakinan yang lebih dalam. Sehingga pembicaraan dalam kendaraanpun lebih cenderung kepada obrolan rohani keagamaan dan keyakinan akan Tuhan.

Perjalanan pun berjalan lancar, dan beberapa pura yang menjadi tujuan tirtha yatra pun telah dapat dikunjungi dan akhirnya saatnya untuk kembali pulang. Semua anggota rombongan tampak puas dan bahagia telah dapat melakukan perjalanan tirtha yatra tersebut. Dalam perjalanan pulang rombongan berhenti sejenak di sebuah pinggir jalan karena ada seorang dari rombongan yang mabuk perjalanan sehingga muntah - muntah. Pinggir jalan dimana rombongan tersebut berhenti adalah sebuah tebing yang cukup tinggi, cukup rimbun sehingga tampak nyaman untuk sekadar beristirahat sebentar dibawahnya.


Tiba - tiba semua anggota rombongan dikejutkan dengan sebuah pancuran yang tiba - tiba muncul dari tengah - tengah tebing di lokasi dimana mereka berhenti. Mereka semua heran dan tidak mengerti, bagaimana sebuah pancuran tiba - tiba muncul dari tengah - tengah tebing tersebut. Karena baru saja habis melakukan perjalanan suci mengunjungi beberapa Pura, maka mereka semua berkesimpulan bahwa pancuran ini adalah sebuah keajaiban dan anugerah dari Tuhan untuk mereka. Mereka yakin bahwa pancuran tersebut bukanlah pancuran sembarangan dan pastilah air pancuran tersebut adalah tirtha dari dewa, yang akan memberikan berbagai manfaat kebaikan bagi mereka.

Kemudian mereka dengan penuh suka cita mengambil air dari pancuran tersebut, mencuci muka dan memerciki seluruh tubuh mereka dengan air dari pancuran tersebut. Semuanya sumringah karena merasa telah mendapatkan anugerah air suci atau tirtha dari Tuhan melalui pancuran air yang tiba - tiba muncul  tersebut. Setelah semua merasa puas dan merasa cukup mengambil air dari pancuran tersebut, mereka pun kembali ke kendaraan mereka. 

Namun baru beberapa meter kendaraan berjalan meninggalkan lokasi pancuran air tersebut, tiba - tiba  terdengar suara "bruk", keras sekali. Dan ternyata suara itu adalah suara yang berasal dari tebing pancuran air tersebut dan ternyata tebing itu longsor. Semua rombongan terkejut melihat peristiwa tersebut. Mereka semua bersyukur bahwasanya mereka telah meninggalkan tebing tersebut tepat ketika tebing tersebut akan longsor. Jika tidak, pastilah mereka akan menjadi korban longsor dari tebing tersebut.

Mereka semua akhirnya sadar dan tahu bahwa pancuran air yang tiba - tiba muncul tersebut adalah rembesan air dari puncak tebing, yang menggerus dan mengakibatkan tebing tersebut akhirnya longsor. Mereka mensyukuri keberuntungan mereka karena selamat dari peristiwa tersebut dan menertawakan kebodohannya karena menduga dan meyakini bahwasanya air pancuran yang muncul tiba - tiba  tersebut adalah air suci anugerah Ida Bhatara atau Tuhan.

Inilah perwujudan dari sebuah keyakinan tanpa pengetahuan, keyakinan dalam kebodohan, dan keyakinan semacam ini adalah sebuah kekonyolan. Keyakinan ini membahayakan dan berbahaya, tidak saja bagi diri sendiri tapi juga orang lain. Keyakinan memang tidak untuk dipertanyakan, tapi keyakinan haruslah didasari dengan pengetahuan dengan Jnana dan Wiweka.

Harus kita akui bahwa kebanyakan dari kita, ketika melakukan suatu hal yang baik, apalagi sesuatu yang berhubungan dengan keyakinan agama dan Tuhan, mengharapkan balasan berupa berbagai anugerah dari Tuhan, dan cenderung ingin instant. Seperti kejadian diatas, karena merasa telah melakukan sebuah kegiatan yang baik sesuai dengan ajaran agama, maka ketika tiba - tiba muncul sebuah pancuran air, secara spontan pikiran mereka menganggap hal tersebut adalah sebuah keajaiban dan anugerah dari Tuhan untuk mereka.

Bukanlah air pancuran tersebut yang merupakan anugerah Tuhan bagi mereka karena telah melakukan perjalanan suci atau tirtha yatra, tapi selamat dari peristiwa tersebutlah yang merupakan anugerah dari Tuhan untuk mereka. Selamat dari peristiwa tersebutlah hasil dari karma baik mereka karena telah melakukan Tirtha Yatra. Anugerah tidak selalu berupa materi atau sesuatu yang dapat dilihat apalagi sesuatu yang bersifat mistik dan gaib. Anugerah Tuhan bisa berupa apa saja dan bahkan setiap tarikan dan hembusan nafas kita adalah sebuah anugerah yang luar biasa yang harus kita syukuri setiap saat dan kehidupan kita. Hanya mereka yang senantiasa bersyukur dan berterima kasih dalam kehidupannya yang layak untuk mendapatkan segala anugerah dan rahmat dari Tuhan.
..................................................................................


(Ganapatyananda)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar