Sabtu, 03 September 2016

Sebuah Perjalanan Ke Neraka





Perjalanan di mulai dari sebuah wilayah yang disebut dengan nama Ayatanastana, "ikang loka pantaraning swarga lawan naraka", yaitu sebuah wilayah perbatasan diantara surga dan neraka. Ayatanastana adalah sebuah tempat dimana para pitara atau para roh orang yang telah meninggal di periksa dan adili, untuk kemudian dibawa ketempat yang sesuai dengan karmanya. Apakah yang bersangkutan layak mendapatkan kebahagiaan surga atau siksa hukuman neraka. Di tempat ini pula tampak roh atau para pitara yang tengah tergantung, dengan posisi kepala dibawah dan kaki diatas, yang terikat di sebuah batang bambu, yang mana dibawahnya adalah jurang yang sangat dalam. Seekor tikus tampak menggigit dan menggeroti batang bambu tersebut. Hukuman siksa "megantungan petung sawulih"  ini dikatakan akibat dari putusnya keturunan yang bersangkutan. Sungguh pemandangan yang sangat mengiris hati.

Jumat, 02 September 2016

Cerita & Mantra Penghalau Ular Berbisa



Sang Astika, Penyelamat Para Naga
Cerita dan mantra penghalau ular berbisa




Mojar ta Sang Astika;
Sang Astika bersabda;

"Sayam pratar ye prasannātmarupa, loke wipra manawa ye parepi,
Dharmākhyanam ye patheyur mamedam, tesām yusman naiwa kincit".

"Kamung Hyang naga kita kabeh, mangke pawehantānugraha ri nghulun". Yan hana ta wang tuhaganāngucaranaken cariteki, tan hanātah bhayania sangke kita kabeh. Samangkana anugrahanta ri nghulun".

"Wahai engkau para Naga sekalian, sekarang berikanlah anugerah anda kepadaku, jika ada orang yang meresapi dan senantiasa menceritakan cerita ini, tidak akan ada mara bahaya yang terjadi kepadanya, yang disebabkan oleh kalian semua para Naga(ular). inilah anugerah anda sekalian kepadaku"

"Astu", ling nikang Naga kabeh.
"Terjadilah demikian", jawab para Naga semuanya

Demikianlah kutipan paragraf terakhir dari Bab VIII, dari lontar Adiparwa, yang isinya adalah permohonan dari Sang Astika kepada para Naga, atas jasa Sang Astika menyelamatkan para Naga dari kematian dan kepunahan.

Bab VIII, lontar Adiparwa menceritakan wafatnya Sang Prabu Parikesit akibat digigit oleh Naga Taksaka, pelaksanaan yadnya Sarpa atau upacara kurban ular, serta bagaimana akhirnya Sang Astika menolong para Naga dan para ular lainnya, hingga mampu lepas dan selamat dari upacara kurban ular tersebut.

Baca dan dengarkanlah ceritanya!

Cerita diawali dengan dikutuknya Prabu Parkesit oleh Sang Srenggi, bahwa ia akan tewas digigit oleh Naga Taksaka tujuh hari lagi akibat kesalahannya, dan terjadilah demikian. Setelah Prabu Parikesit wafat, putranya Janamejaya diangkat sebagai raja. Di kemudian hari, putra dari Prabu Parikesit, yaitu Prabu Janamejaya, mengetahui bahwa ayahnya wafat karena digigit Naga Taksaka, kemudian beliau memutuskan untuk meyelenggarakan yadnya Sarpa yaitu upacara kurban ular, guna membinasakan Naga Taksaka dan seluruh Naga dan ular lainnya.