Salah satu hal yang membuat
manusia untuk berusaha mendekatkan diri dengan Tuhan adalah keyakinan akan
adanya kekuatan agung yang menciptakan, mengatur, memelihara serta yang akan
melebur semesta beserta isinya ini. Disamping itu juga sebagai makhluk yang mempunyai keterbatasan, manusia merasa perlu untuk mencari suatu tempat atau kekuatan untuk berlindung dan bergantung, dan kekuatan itu adalah Tuhan.
Dari keyakinan ini dan dalam usahanya mendekatkan diri dengan Tuhan, mulai tumbuh benih - benih keingintahuan manusia tentang Tuhan dan kemahakuasaannya serta tentang sang diri sejati. Pertanyaan - pertanyaan inilah yang menumbuhkan benih - benih dalam diri seseorang untuk mulai melangkah di jalan spiritual. Dan dimulailah tahapan - tahapan spiritual yang dilakoni oleh manusia untuk mendapatkan jawaban dari berbagai pertanyaanya tersebut.
Dari keyakinan ini dan dalam usahanya mendekatkan diri dengan Tuhan, mulai tumbuh benih - benih keingintahuan manusia tentang Tuhan dan kemahakuasaannya serta tentang sang diri sejati. Pertanyaan - pertanyaan inilah yang menumbuhkan benih - benih dalam diri seseorang untuk mulai melangkah di jalan spiritual. Dan dimulailah tahapan - tahapan spiritual yang dilakoni oleh manusia untuk mendapatkan jawaban dari berbagai pertanyaanya tersebut.
Orang tua yang memiliki anak yang sudah usia sekolah tentu akan mencarikan dan memasukan anaknya ke sebuah lembaga belajar atau sekolah. Demikianpun jika seseorang ingin belajar spiritual tentu ia harus mencari dan menemukan tempat atau guru spiritual yang menurutnya baik dan mumpuni. Jadi tahap awal seseorang yang mulai
terjun dan melangkah dalam spiritualitas adalah berusaha mencari atau menemukan orang yang bisa membantu dan membimbing mereka. Entahkah itu seorang yang dianggap suci ataukah mereka yang memang adalah seorang praktisi spiritual ataukah ikut bergabung dalam sebuah kelompok belajar spiritual.
Tahapan spiritual seseorang hampir sama dengan tahapan tingkat pendidikan di sekolah pada umumnya. Mulai dari Taman Kanak - Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menegah Atas (SMA) dan Universitas atau sekolah tinggi.
Pada tahap awal perjalanan spiritual seseorang, ia akan lebih banyak berkecimpung dalam hal ritual, tata cara sembahyang dan persembahan yang sesuai dengan apa yang mereka ketahui dari turun temurun, dari buku ataupun yang diajarkan guru rohaninya. Bagaikan anak TK yang lebih banyak diajak bermain, bernyanyi dan kegiatan yang menyenangkan yang dilakukan secara bersama - sama oleh gurunya. Namun mereka hanya melakukan segala kegiatan ritual, sembahyang dan mempersembahkan persembahan tanpa pernah berusaha memahami lebih dalam segala arti dan makna yang terkandung dalam semua kegiatan tersebut. Inilah kulit terluar dalam dunia spiritual, penuh ritual dengan berbagai bahasa simbol, cara sembahyang dan berbagai persembahan.
Tahapan spiritual seseorang hampir sama dengan tahapan tingkat pendidikan di sekolah pada umumnya. Mulai dari Taman Kanak - Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menegah Atas (SMA) dan Universitas atau sekolah tinggi.
Pada tahap awal perjalanan spiritual seseorang, ia akan lebih banyak berkecimpung dalam hal ritual, tata cara sembahyang dan persembahan yang sesuai dengan apa yang mereka ketahui dari turun temurun, dari buku ataupun yang diajarkan guru rohaninya. Bagaikan anak TK yang lebih banyak diajak bermain, bernyanyi dan kegiatan yang menyenangkan yang dilakukan secara bersama - sama oleh gurunya. Namun mereka hanya melakukan segala kegiatan ritual, sembahyang dan mempersembahkan persembahan tanpa pernah berusaha memahami lebih dalam segala arti dan makna yang terkandung dalam semua kegiatan tersebut. Inilah kulit terluar dalam dunia spiritual, penuh ritual dengan berbagai bahasa simbol, cara sembahyang dan berbagai persembahan.
Ketika beranjak ke tahapan
berikutnya, anggaplah tahapan Sekolah Dasar, mereka mulai belajar membaca dan
menulis. Tahapan spiritual seseorang dalam tingkatan ini adalah fase dimana mulai
tumbuh keinginan untuk mengetahui makna dan arti bahasa simbol dalam ritual,
metode sembahyang serta persembahannya. Mereka mulai tertarik untuk membaca dan
mempelajari sastra - sastra suci yang berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga membaca
dan mempelajari sastra suci adalah hal yang
paling getol mereka lakukan. Sedikit - sedkit mengutip ayat dan sloka sastra
suci dan menjadikan penguasaannya dalam hal sastra suci sebagai sebuah
kebanggaan.
Namun pengetahuan dan
pemahamannya hanya sebatas ini betul dan itu salah. Sama halnya ulangan umum
tingkat SD, yang hanya perlu memilih betul (B) atau salah (S) dari pilihan jawaban
yg telah disediakan. Dalam tahapan ini kecenderungan mereka adalah belajar mendiskriminasi
antara yang benar dan yang salah, hanya itu. Namun semua harus by the book, sesuai dengan apa yang
tercantum dalam buku, sastra suci atau pelajaran yang di ajarkan oleh guru
mereka.
Dalam tahapan inilah peran seorang
guru spiritual sangatlah penting. Kesalahan dalam memilih guru rohani yang
baik bisa menjadi sebuah hal yang fatal. Seseorang yang terlanjur dicekoki
dengan berbagai doktrin sempit oleh guru yang tidak baik, bisa tumbuh menjadi
seorang spiritualist yang fanatik. Yang cenderung sulit menerima kebenaran atau
pendapat spiritual dari orang lain. Karena mereka cenderung terlalu kukuh,
terhadap apa yang sedang mereka pelajari saja dan yang diajarkan oleh guru
mereka. Baru sedikit yang mereka pelajari tapi mereka “merasa” telah mengetahui
banyak hal.
Namun mereka yang menemukan guru
rohani yang baik, fase ini akan menjadi sebuah fondasi dalam kehidupan
spiritual seseorang. Sebagian besar orang yang terjun dalam dunia spiritual pernah
mengalami fase ego spiritual, namun bimbingan guru rohani yang baik akan
membantu seorang murid untuk melewatinya. Mereka yang terus berusaha melangkah
maju dan bersahabat dengan orang - orang yang baik dan orang - orang yang mampu
mendukung kemajuan spiritualnya, akan mampu melewati fase ini dengan mudah.
Kemudian tahapan berikutnya,
anggaplah tahapan tingkat SMP atau spiritualitas tingkat menengah. Dalam sebuah ujian, siswa
SMP diharapkan mampu menentukan dan memberikan jawaban yang benar dari pilihan jawaban
yang disediakan, yaitu A-B-C-D. Lebih banyak pilihan tentu menjadi sedikit
lebih sulit, namun tetap saja semua pilihan jawaban telah disediakan terlebih
dahulu. Sama halnya dengan seorang spiritualist dalam tahapan ini, mereka
sudah mampu memilih dan menetukan apa yang terbaik di antara yang baik bagi kemajuan spiritualnya.
Dalam tahapan ini seorang spiritualist, sudah memiliki daya diskriminasi yang lebih baik,
hingga mampu menentukan apa yang terbaik diantara yang baik demi kemajuan
spiritualnya. Mereka sudah mulai memilih sadana yang terbaik dan cocok baginya. Dalam tahapan ini mereka sudah mulai melaksanakan sadana rohani, seperti japa dan meditasi serta berbagai sadana rohani lainya. Mereka mulai menghindari apa yang tidak baik atau yang bisa menghambat kemajuan rohaninya, baik dalam pergaulan maupun dalam hal makanan. Namun terkadang dalam tahapan ini, ada kecenderungan menganggap sadana atau praktek rohaninyalah yang terbaik, sehingga sering kali memandang sebelah mata sadana atau praktek rohani orang lain. Mereka pun belum mampu melihat kebenaran dalam berbagai keyakinan
yang berbeda. Bagaikan memilih jawaban A-B-C-D, mereka hanya memilih satu dan menganggap yang lain adalah salah. Namun dalam tahapan berikutnya mereka akan mulai menyadari bahwasanya ada banyak jalan
mencapai Tuhan.
Berikutnya adalah tingkat SMA, tingkat
menengah atas, seorang spiritualist dalam tingkatan ini sudah mampu menemukan sendiri
berbagai jawaban - jawaban yang menjadi pertanyaan - pertanyaan dalam
perjalanan spirtualnya. Mereka menemukannya sendiri melalui berbagai
pembelajaran yang ia terima dari guru rohaninya maupun dari buku ataupun sastra
suci yang ia baca. Dalam tahapan ini ia betul - betul telah memiliki
pengetahuan rohani yang mumpuni.
Bagaikan dalam sebuah ujian,
jawaban yg diminta bukan lagi memilih benar atau salah, atau pilihan A-B-C-D
dari jawaban yg telah disediakan. Tapi jawaban yg diminta adalah jawaban essay,
dari pengetahuan dan pemahaman siswa itu sendiri. Sehingga para siswa SMA harus
sangat tekun dalam kegiatan belajarnya. Demikanpun seorang spiritualist dalam tahapan ini, ia benar
- benar tekun dan tenggelam dalam sadana rohani dan usaha meningkatkan pengetahuan rohaninya dalam setiap waktu.
Seorang spiritualist yang berada
dalam tingkatan ini, tingkat menengah atas, mereka telah memiliki pemahaman
bahwa setiap langkah yang dilakukan seseorang dalam upayanya mendekatkan diri
dengan Tuhan adalah suatu hal yang harus didukung dan dihargai. Tidak ada jalan
yang salah bagi seseorang yang tengah berusaha menapak jalan spiritualitas,
bagaimanapun jalan dan cara yang ia tempuh. Yang menjadi perhatian mereka
hanyalah kualitas dari pelaksanaannya saja. Mereka yang berada dalam tahap atau
tingkat ini sangat menghormati orang - orang yang tengah berusaha maju dalam praktek
spiritualnya, sekecil apapun langkah mereka. Mereka betul - betul telah mempunyai kesadaran diri bahwa ada banyak jalan yang bisa ditempuh untuk mencapai Tuhan.
Tahapan selanjutnya adalah tingkat
Universitas atau spiritualitas yang boleh dikatakan tingkat tinggi. Sebagai
sebuah syarat kelulusan, seorang mahasiswa atau mahasiswi diwajibkan untuk
menulis sebuah karya ilmiah atau skripsi, yaitu sebuah paparan ilmiah dari
hasil sebuah penelitian. Skripsi ini dibuat berdasarkan praktek kerja lapangan
dan penelitian langsung yang mereka
lakukan. Kemudian dari penelitian inilah mereka akan menuliskan skripsi yaitu
sebuah karya tulis ilmiah berupa paparan hasil penelitian. Mahasiswa yang mampu
menulis skripsi dianggap mampu memadukan pengetahuan dan keterampilannya dalam
memahami, menganalisis, menggambarkan, dan menjelaskan masalah yang berhubungan
dengan bidang keilmuan yang diambilnya.
Demikianpun seorang spiritualist yang
berada dalam tahapan ini. Mereka telah menemukan dan mencapai kesadaran rohani,
melalui penelitian dan penggalian langsung kedalam diri serta melalui berbagai pengalaman
rohani. Mereka yg berada dalam tahapan ini adalah mereka yang telah mengalami
kesadaran spiritual, mendapatkan pencerahan dan mengalami Tuhan secara pribadi.
Bagaikan seorang pendaki gunung, mereka telah mencapai puncak gunung kesadaran.
Dimana kesadarannya telah menyatu dengan kesadaran semesta.
Seseorang yang telah lulus
Universitas atau sekolah tinggi, ambilah contoh seorang sarjana keguruan, maka
ia pantas mengajar dalam sebuah sekolah, entah itu di SD, SMP atau SMA. Demikianpun
mereka yang telah mencapai puncak kesadaran rohaninya, sangat pantas menjadi
seorang Guru Spiritual. Seorang guru yang akan mampu membawa muridnya mencapai apa
yang telah ia capai, yaitu kesadaran rohani, pencerahan dan mengalami Tuhan
secara langsung.
Semua tahapan diatas akan dilalui
oleh mereka yang terjun dalam dunia spiritual. Mungkin yang akan membedakan hanyalah waktu tempuh yang
diperlukan masing - masing individu. Ada yang cepat ada yang agak lambat, atau
mungkin ada yang tidak naik kelas hingga butuh waktu yang lebih lama. Sehingga dalam tahapan manapun seseorang
berada, baik TK, SD, SMP, SMA maupun Universitas hendaknya senantiasa dihormati
dan dihargai.
Bagaikan anak tangga, kita tidak akan langsung masuk SD
tanpa masuk TK terlebih dahulu. Kita tidak akan masuk SMP tanpa lulus SD
terlebih dahulu dan begitu seterusnya. Pemahaman rohani setiap orang mungkin
berbeda dan semua perbedaan tersebut harus dihormati dan dihargai. Jika
memiliki pengetahuan dan pemahaman rohani yang lebih baik, saatnya berbagi ilmu
dan pengalaman dengan yang lain. Jika merasa kurang mari belajar dari yang
lebih, dengan pikiran yang terbuka dan kesiapan menerima pengetahuan dari orang
lain.
Mereka yang senantiasa belajar
adalah orang yang cerdas karena hidup adalah belajar dan belajar itu hidup. Jangan
pernah merasa mengetahui segala hal, karena keterbatasan manusia, tidak ada
manusia yang pintar dalam segala hal. Mari saling berbagi dan mengisi diri dengan
pengetahuan, niscaya kita akan sampai pada tujuan dengan lebih cepat, aman dan
selamat. Om Gam Ganapataye Namah.
...........................................................................
...........................................................................
(Ganapatyananda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar