Kamis, 23 April 2015

Tahapan Dalam Spiritualitas



Salah satu hal yang membuat manusia untuk berusaha mendekatkan diri dengan Tuhan adalah keyakinan akan adanya kekuatan agung yang menciptakan, mengatur, memelihara serta yang akan melebur semesta beserta isinya ini. Disamping itu juga sebagai makhluk yang mempunyai keterbatasan, manusia merasa perlu untuk mencari suatu tempat atau kekuatan untuk berlindung dan bergantung, dan kekuatan itu adalah Tuhan.

Dari keyakinan ini dan dalam usahanya mendekatkan diri dengan Tuhan, mulai tumbuh benih - benih keingintahuan manusia tentang Tuhan dan kemahakuasaannya serta tentang sang diri sejati. Pertanyaan - pertanyaan inilah yang menumbuhkan benih - benih dalam diri seseorang untuk mulai melangkah di jalan spiritual. Dan dimulailah tahapan - tahapan spiritual yang dilakoni oleh manusia untuk mendapatkan jawaban dari berbagai pertanyaanya tersebut.

Orang tua yang memiliki anak yang sudah usia sekolah tentu akan mencarikan dan memasukan anaknya ke sebuah lembaga belajar atau sekolah. Demikianpun jika seseorang ingin belajar spiritual tentu ia harus mencari dan menemukan tempat atau guru spiritual yang menurutnya baik dan mumpuni. Jadi tahap awal seseorang yang mulai terjun dan melangkah dalam spiritualitas adalah berusaha mencari atau menemukan orang yang bisa membantu dan membimbing mereka. Entahkah itu seorang yang dianggap suci ataukah mereka yang memang adalah seorang praktisi spiritual ataukah ikut bergabung dalam sebuah kelompok belajar spiritual.

Tahapan spiritual seseorang hampir sama dengan tahapan tingkat pendidikan di sekolah pada umumnya. Mulai dari Taman Kanak - Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menegah Atas (SMA) dan Universitas atau sekolah tinggi.

Pada tahap awal perjalanan spiritual seseorang, ia akan lebih banyak berkecimpung dalam hal ritual, tata cara sembahyang dan persembahan yang sesuai dengan apa yang mereka ketahui dari turun temurun, dari buku ataupun yang diajarkan guru rohaninya. Bagaikan anak TK yang lebih banyak diajak bermain, bernyanyi dan kegiatan yang menyenangkan yang dilakukan secara  bersama - sama oleh gurunya. Namun mereka hanya melakukan segala kegiatan ritual, sembahyang dan mempersembahkan persembahan tanpa pernah berusaha memahami lebih dalam segala arti dan makna yang terkandung dalam semua kegiatan tersebut. Inilah kulit terluar dalam dunia spiritual, penuh ritual dengan berbagai bahasa simbol, cara sembahyang dan berbagai persembahan.

Ketika beranjak ke tahapan berikutnya, anggaplah tahapan Sekolah Dasar, mereka mulai belajar membaca dan menulis. Tahapan spiritual seseorang dalam tingkatan ini adalah fase dimana mulai tumbuh keinginan untuk mengetahui makna dan arti bahasa simbol dalam ritual, metode sembahyang serta persembahannya. Mereka mulai tertarik untuk membaca dan mempelajari sastra - sastra suci yang berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga membaca dan mempelajari sastra suci  adalah hal yang paling getol mereka lakukan. Sedikit - sedkit mengutip ayat dan sloka sastra suci dan menjadikan penguasaannya dalam hal sastra suci sebagai sebuah kebanggaan. 

Namun pengetahuan dan pemahamannya hanya sebatas ini betul dan itu salah. Sama halnya ulangan umum tingkat SD, yang hanya perlu memilih betul (B) atau salah (S) dari pilihan jawaban yg telah disediakan. Dalam tahapan ini kecenderungan mereka adalah belajar mendiskriminasi antara yang benar dan yang salah, hanya itu. Namun semua harus by the book, sesuai dengan apa yang tercantum dalam buku, sastra suci atau pelajaran yang di ajarkan oleh guru mereka. 

Dalam tahapan inilah peran seorang guru spiritual sangatlah penting. Kesalahan dalam memilih guru rohani yang baik bisa menjadi sebuah hal yang fatal. Seseorang yang terlanjur dicekoki dengan berbagai doktrin sempit oleh guru yang tidak baik, bisa tumbuh menjadi seorang spiritualist yang fanatik.  Yang  cenderung sulit menerima kebenaran atau pendapat spiritual dari orang lain. Karena mereka cenderung terlalu kukuh, terhadap apa yang sedang mereka pelajari saja dan yang diajarkan oleh guru mereka. Baru sedikit yang mereka pelajari tapi mereka “merasa” telah mengetahui banyak hal. 

Namun mereka yang menemukan guru rohani yang baik, fase ini akan menjadi sebuah fondasi dalam kehidupan spiritual seseorang. Sebagian besar orang yang terjun dalam dunia spiritual pernah mengalami fase ego spiritual, namun bimbingan guru rohani yang baik akan membantu seorang murid untuk melewatinya. Mereka yang terus berusaha melangkah maju dan bersahabat dengan orang - orang yang baik dan orang - orang yang mampu mendukung kemajuan spiritualnya, akan mampu melewati fase ini dengan mudah. 

Kemudian tahapan berikutnya, anggaplah tahapan tingkat SMP atau spiritualitas tingkat menengah. Dalam sebuah ujian, siswa SMP diharapkan mampu menentukan dan memberikan jawaban yang benar dari pilihan jawaban yang disediakan, yaitu A-B-C-D. Lebih banyak pilihan tentu menjadi sedikit lebih sulit, namun tetap saja semua pilihan jawaban telah disediakan terlebih dahulu.  Sama halnya dengan seorang spiritualist dalam tahapan ini, mereka sudah mampu memilih dan menetukan apa yang terbaik di antara yang baik bagi kemajuan spiritualnya.

Dalam tahapan ini seorang spiritualist, sudah memiliki daya diskriminasi yang lebih baik, hingga mampu menentukan apa yang terbaik diantara yang baik demi kemajuan spiritualnya. Mereka sudah mulai memilih sadana yang terbaik dan cocok baginya. Dalam tahapan ini mereka sudah mulai melaksanakan sadana rohani, seperti japa dan meditasi serta berbagai sadana rohani lainya. Mereka mulai menghindari apa yang tidak baik atau yang bisa menghambat kemajuan rohaninya, baik dalam pergaulan maupun dalam hal makanan. Namun terkadang dalam tahapan ini, ada kecenderungan menganggap sadana atau praktek rohaninyalah yang terbaik, sehingga sering kali memandang sebelah mata sadana atau praktek rohani orang lain. Mereka pun belum mampu melihat kebenaran dalam berbagai keyakinan yang berbeda. Bagaikan memilih jawaban A-B-C-D, mereka hanya memilih satu dan menganggap yang lain adalah salah. Namun dalam tahapan berikutnya mereka akan mulai menyadari bahwasanya ada banyak jalan mencapai Tuhan.

Berikutnya adalah tingkat SMA, tingkat menengah atas, seorang spiritualist dalam tingkatan ini sudah mampu menemukan sendiri berbagai jawaban - jawaban yang menjadi pertanyaan - pertanyaan dalam perjalanan spirtualnya. Mereka menemukannya sendiri melalui berbagai pembelajaran yang ia terima dari guru rohaninya maupun dari buku ataupun sastra suci yang ia baca. Dalam tahapan ini ia betul - betul telah memiliki pengetahuan rohani yang mumpuni.

Bagaikan dalam sebuah ujian, jawaban yg diminta bukan lagi memilih benar atau salah, atau pilihan A-B-C-D dari jawaban yg telah disediakan. Tapi jawaban yg diminta adalah jawaban essay, dari pengetahuan dan pemahaman siswa itu sendiri. Sehingga para siswa SMA harus sangat tekun dalam kegiatan belajarnya. Demikanpun  seorang spiritualist dalam tahapan ini, ia benar - benar tekun dan tenggelam dalam sadana rohani dan usaha meningkatkan pengetahuan rohaninya dalam setiap waktu.

Seorang spiritualist yang berada dalam tingkatan ini, tingkat menengah atas, mereka telah memiliki pemahaman bahwa setiap langkah yang dilakukan seseorang dalam upayanya mendekatkan diri dengan Tuhan adalah suatu hal yang harus didukung dan dihargai. Tidak ada jalan yang salah bagi seseorang yang tengah berusaha menapak jalan spiritualitas, bagaimanapun jalan dan cara yang ia tempuh. Yang menjadi perhatian mereka hanyalah kualitas dari pelaksanaannya saja. Mereka yang berada dalam tahap atau tingkat ini sangat menghormati orang - orang yang tengah berusaha maju dalam praktek spiritualnya, sekecil apapun langkah mereka. Mereka betul - betul telah mempunyai kesadaran diri bahwa ada banyak jalan yang bisa ditempuh untuk mencapai Tuhan.

Tahapan selanjutnya adalah tingkat Universitas atau spiritualitas yang boleh dikatakan tingkat tinggi. Sebagai sebuah syarat kelulusan, seorang mahasiswa atau mahasiswi diwajibkan untuk menulis sebuah karya ilmiah atau skripsi, yaitu sebuah paparan ilmiah dari hasil sebuah penelitian. Skripsi ini dibuat berdasarkan praktek kerja lapangan dan penelitian langsung yang  mereka lakukan. Kemudian dari penelitian inilah mereka akan menuliskan skripsi yaitu sebuah karya tulis ilmiah berupa paparan hasil penelitian. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi dianggap mampu memadukan pengetahuan dan keterampilannya dalam memahami, menganalisis, menggambarkan, dan menjelaskan masalah yang berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. 

Demikianpun seorang spiritualist yang berada dalam tahapan ini. Mereka telah menemukan dan mencapai kesadaran rohani, melalui penelitian dan penggalian langsung kedalam diri serta melalui berbagai pengalaman rohani. Mereka yg berada dalam tahapan ini adalah mereka yang telah mengalami kesadaran spiritual, mendapatkan pencerahan dan mengalami Tuhan secara pribadi. Bagaikan seorang pendaki gunung, mereka telah mencapai puncak gunung kesadaran. Dimana kesadarannya telah menyatu dengan kesadaran semesta.

Seseorang yang telah lulus Universitas atau sekolah tinggi, ambilah contoh seorang sarjana keguruan, maka ia pantas mengajar dalam sebuah sekolah, entah itu di SD, SMP atau SMA. Demikianpun mereka yang telah mencapai puncak kesadaran rohaninya, sangat pantas menjadi seorang Guru Spiritual. Seorang guru yang akan mampu membawa muridnya mencapai apa yang telah ia capai, yaitu kesadaran rohani, pencerahan dan mengalami Tuhan secara langsung.

Semua tahapan diatas akan dilalui oleh mereka yang terjun dalam dunia spiritual. Mungkin yang akan  membedakan hanyalah waktu tempuh yang diperlukan masing - masing individu. Ada yang cepat ada yang agak lambat, atau mungkin ada yang tidak naik kelas hingga butuh waktu yang lebih lama.  Sehingga dalam tahapan manapun seseorang berada, baik TK, SD, SMP, SMA maupun Universitas hendaknya senantiasa dihormati dan dihargai. 

Bagaikan anak tangga, kita tidak akan langsung masuk SD tanpa masuk TK terlebih dahulu. Kita tidak akan masuk SMP tanpa lulus SD terlebih dahulu dan begitu seterusnya. Pemahaman rohani setiap orang mungkin berbeda dan semua perbedaan tersebut harus dihormati dan dihargai. Jika memiliki pengetahuan dan pemahaman rohani yang lebih baik, saatnya berbagi ilmu dan pengalaman dengan yang lain. Jika merasa kurang mari belajar dari yang lebih, dengan pikiran yang terbuka dan kesiapan menerima pengetahuan dari orang lain. 

Mereka yang senantiasa belajar adalah orang yang cerdas karena hidup adalah belajar dan belajar itu hidup. Jangan pernah merasa mengetahui segala hal, karena keterbatasan manusia, tidak ada manusia yang pintar dalam segala hal. Mari saling berbagi dan mengisi diri dengan pengetahuan, niscaya kita akan sampai pada tujuan dengan lebih cepat, aman dan selamat. Om Gam Ganapataye Namah.
...........................................................................
 

(Ganapatyananda)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar