Selasa, 10 Februari 2015

JAPA DAN PUJA



Japa adalah pengulangan – ulangan sebuah mantra atau nama Tuhan, dengan bhawa atau perasaan, konsentrasi dan ketulusan serta rasa bakti terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Japa melepaskan ketidak murnian pikiran, menghancurkan dosa – dosa dan membuat kita berhadapan muka dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Bhagawad Gita, Sri Krishna Bersabda: 

Maharsinam bhrgur aham giram asmy ekam aksaram
Yajnanam japo yajna’smi sthavaranam himalayah
BG.10.25

Di antara resi – resi yang mulia, Aku adalah Bhrgu, diantara getaran – getaran suara Aku adalah Om yang bersifat rohani. Diantara korban – korban suci aku adalah ucapan nama – nama suci Tuhan atau Japa, dan diantara benda – benda yang tidak bergerak Aku adalah pegunungan Himalaya

Pelaksanaan Japa atau pengulang – ulangan sebuah mantra ataupun nama Tuhan, akan menghasilkan suatu kekuatan dan getaran - getaran spiritual yang akan mewujudkan bentuk – bentuk dan wujud – wujud Tuhan yang kita puja. Pengulang – ulangan mantra Siva akan memunculkan wujud Siva, pengulangan mantra Wisnu akan memunculkan wujud Wisnu.

Pelaksanaan Japa hendaknya dibantu dengan penggunaan Mala atau tasbih, baik yang terbuat dari buah Rudraksa, kayu tulasi, kayu cendana ataupun bahan – bahan lain yang memiliki nilai – nilai kesucian. Mala atau Tasbih adalah suatu cambuk untuk mendorong pikiran menuju Tuhan. Apabila tidak tersedia Mala atau Tasbih bisa juga menggunakan jari – jari tangan atau dituntun dengan memakai jam.

Dalam melakukan Japa jangan dengan cara tergesa – gesa, lakukan dengan perlahan, penuh perasaan, dengan pemusatan pikiran pada Ista Dewata yang dipuja. Japa adalah yang termudah, tercepat, teraman serta yang paling dapat dipastikan untuk dapat mencapai perwujudan Tuhan Yang maha Esa. Pilihlah satu mantra atau nama Tuhan yang paling anda sukai, atau dapatkan dari Guru spiritual anda, dan mulailah melaksanakan Japa.

Ada tiga macam cara atau tehnik berjapa yaitu :
1.      Vaikari yaitu pengucapan mantra secara jelas yang mampu didengar oleh orang lain
2.      Upamsu yaitu berbisik, yang hanya bisa didengar oleh yang mengucapkan mantra saja.
3.      Manasika yaitu pengucapan mantra secara mental atau hanya di dalam hati saja. 
      Diantara ketiga tehnik ini manasika japa atau secara mental adalah yang tertinggi.

Japa tidak dapat dibandingkan dengan suatu bentuk korban suci lainnya, dalam Lingga Purana Dewa Siva bersabda pada Dewi Parwati “ Dewi, pada semua yajna lainnya, beberapa bentuk ketidakadilan dilakukan, baik melalui pikiran, perkataan maupun perbuatan, tetapi di dalam Japa yajna tidak ada ketidak adilan semacam itu”. Itulah sebabnya Japa Yajna merupakan yang terbesar dari semuanya”. Para mahluk setengah dewa, setan, jin dan hantu tidak dapat mendekati seseorang yang mengulang – ulang mantra suci.

Japa menghancurkan timbunan kegiatan karma dan memberikan segala kebahagiaan serta membawa seorang menuju kebebasan dari ikatan kelahiran dan kematian, mencapai kebenaran dan keabadian yang sejati. Tujuan dari pelaksanaan Japa dan pengulangan suatu mantra dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi dan keteguhan hati serta keyakinan adalah pencerahan spiritual dan mendapatkan Darshan atau penampakan langsung dari Tuhan Yang Maha Esa dalam perwujudanNya yang kita puja.

Namun sering kali sebelum semua itu tercapai diawali dengan bangkitnya berbagai daya spiritual, daya gaib atau kemampuan – kemapuan gaib. Ini adalah sebuah efek samping yang tak perlu dihiraukan, sebab jika kita terlalu fokus pada daya – daya ini maka ujuan utama dari Japa ini akan terlupakan. Berbagai daya gaib itu hanya akan meningkatkan rasa ego dan keakuan diri yang membawa kita terjatuh dari jalan spiritual yang suci. Jadi jangan berhenti pada saat dimana kita memperoleh berbagai daya spiritual, tapi teruskan dan tingkatkan terus kedisiplinan spiritual kita hingga Tuhan sendiri mewujud di hadapan kita.

Beberapa Japa Mantra:

1.      Gayatri Mantram

Om Bhur bhuvah svaha
Tat savitur varenyam
Bhargo devasya dhimahi
Dhiyo yo nah pracodayat

Ya Tuhan yang patut dipuja di ketiga dunia ini
Yang memberikan kecemerlangan Ilahi
Semoga Ia memberikan pencerahan kepada kecerdasan kita

2.      Mahamrtyunjaya Mantra

Mantram ini terdapat dalam kitab RegVeda VII.59.12, digunakan untuk memohon perlindungan terhadap kematian, memohon kesembuhan, perlindungan dalam melakukan pekerjaan yang berbahaya.

Om Trayambhakam yajamahe
Sugandhim pusti vardhanam
Urvarukam iva bandhanan
Mrtyor muksiya maamrtat

Kami memuja Dewa Rudra yang menyebarkan keharuman dan memperbanyak makanan. Semoga Ia melepaskan kami seperti buah mentimun yang lepas dari batangnya, dari kematian dan bukan dari kekekalan.

3.      Pancaksara Siva mantram

Om Namah Siwaya
Hormat dan sujud pada Dewa Siva

4.      Astaksara mantram
Om Namo Narayana
Hormat dan sujud pada Narayana, Wisnu.
5.      Ganapathi mantram
Om Gam Ganapataye Namah
Hormat dan sujud pada Ganesha penghalau segala rintangan

Ada banyak sekali mantra Japa, baik didalam Weda maupun upanisad, namun lebih baik untuk memilih dan memusatkan pada satu mantra saja. Sangat baik bila mantram Japa diperoleh atau diberikan oleh seorang Guru kerohanian atau seorang Guru spiritual yang terpercaya.  Namun bila hal ini tidak memungkinkan kita bisa memilih salah satu mantra dari Weda atau sastra suci lainnya yang kita rasakan paling cocok, dan memberikan rasa spiritual serta sesuai dengan Istha Dewata yang kita puja.
 
Puja atau mepuja adalah sebuah ritual suci didalam agama Hindu dalam memuja Tuhan Yang Maha Esa dalam sebuah tata cara yang sistematis sesuai dengan apa yang dijelaskan dan digambarkan didalam sastra Weda. Puja bisa dilakukan di rumah maupun di pura, dengan pemujaan yang dilakukan dengan berbagai simbol suci dan perwujudan Tuhan atau Dewa, yang bisa berupa arca ataupun pratima. Bila di Pura pelaksanaan pemujaan biasanya dilakukan oleh pemangku, pandita atu sulinggih, pemujaan di rumah bisa dilakukan oleh siapa saja dalam anggota keluarga.

Pemujaan atau puja ini bisa berupa pelantunan doa – doa, mantra – mantra suci, nyanyian dan ritual, serta berbagai persembahan,  seperti daun, bunga, buah, air dan makanan. Dalam Hindu ada begitu banyak jalan untuk mencapai Tuhan antara lain dengan doa, meditasi dan kedermawanan, dan lain sebagainya. Namun salah satu jalan yang paling penting dan umum dilakukan oleh masyarakat adalah ritual persembahyangan atau pemujaan. Bahkan persembahyangan atau pemujaan ini bisa dikatakan dasar dari setiap agama manapun dalam upayanya mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam agama Kristen ada ritual pemujaan yang disebut dengan Misa, dalam agama Islam ada Sholat, yaitu bersujud menghadap Kabah di Mekah, begitu juga dalam agama – agama lainnya. melaksanakan puja atu pemujaan menciptakan sebuah hubungan spiritual antara pemuja dan yang dipuja.

Puja atau mepuja dalam bahasa sehari – hari umat Hindu Bali adalah sebuah cara untuk berkomunikasi, mengekspresikan keyakinan dan rasa bakti kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sebuah jalan untuk mencapai kebebasan dan kebahagian abadi, dan jalan untuk mendapatkan berkat dan rahmatnya. Pelaksanaan puja atau mepuja ini akan menciptakan kedisiplinan spiritual dan kepuasan rohani serta ketenangan pikiran.

Kegiatan puja atau mepuja ini, di Bali hanya dilakukan oleh mereka yang menyandang status pemangku, pedande, pandita atau sulinggih, yang biasa disebut Nyurya Sewana atau Surya Sewana sebagai bentuk pemujaan harian yang wajib dilaksanakan. Nyurya Sewana ini biasanya dilakukan pagi hari, dimana Istha Dewata yang dipuja tentunya adalah Surya. Padahal semua yang beragama Hindu wajib melakukan pemujaan sehari – hari atau Nitya Puja. Sebab dalam beragama Hindu kita tidak harus dan tidak boleh mengandalkan dan menyerahkan segala bentuk pemujaan dan ritual keagamaan hanya kepada para pendeta atau sulinggih. Tidak mungkin kita setiap hari mendatangkan pemangku, pedande, ataupun sulinggih lainnya untuk melaksanakan pemujaan dirumah kita. Sedikit tidak kita harus tahu, beberapa sloka, mantra dan tata cara melaksanakan pemujaan harian dirumah kita, yang kita tujukan pada Istha Dewata yang kita puja.

Bukan suatu keharusan bahwa kita mesti mendapatkan upacara atau inisiasi khusus untuk dapat melakukan pemujaan pada Tuhan Yang Maha Esa. Pelajari tata cara, sloka dan mantra –mantra yang wajib kita ketahui kemudian laksanakan pemujaan. Pujalah Tuhan dalam perwujudan atau manifestasinya yang paling anda sukai dan cintai. Lakukan dari cara yang paling sederhana sampai anda betul – betul dapat melaksanakan pemujaan dengan sempurna. Tapi yang penting dalam puja atau pemujaan adalah ketulusan dan bakti kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Pemujaan dirumah sendiri adalah kewajiban kita untuk mampu melaksanakanya sehari –hari. Berbeda dengan pelaksanaan di sebuah Pura atau pemujaan yang dilaksanakan di depan publik. Pemujaan di sebuah pura ataupun yang dilaksanakan oleh masyarakat banyak, tentu harus menghadirkan seorang yang memang sangat berkompeten dalam hal itu, baik pemanngku atupun sulinggih. Dimana untuk menjadi pemangku atau seorang sulinggih harus melalui tahapan – tahapan upacara tertentu sesuai adat di daerah masing - masing, dan tentu harus mendapatkan pengakuan dari masyarakat banyak. Namun untuk melaksanakan pemujaan dirumah kita sendiri, untuk Istha Dewata kita sendiri, tentu yang paling berhak dan wajib adalah kita sendiri. Kita tidak harus mendapatkan upacara khusus, inisiasi dan pengakuan dari masyarakat, akan boleh tidaknya kita melakukan pemujaan. Walaupun dalam pelaksanaanya sangat sederhana, namun dengan disertai bakti yang tulus dan keyakinanan, nilainya bisa jauh lebih mulia dari yang dilakukan oleh orang lain walaupun atas nama kita.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar