Japa
adalah pengulangan – ulangan sebuah mantra atau nama Tuhan, dengan bhawa atau
perasaan, konsentrasi dan ketulusan serta rasa bakti terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Japa melepaskan ketidak murnian pikiran, menghancurkan dosa – dosa dan
membuat kita berhadapan muka dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Bhagawad Gita,
Sri Krishna Bersabda:
Maharsinam bhrgur aham giram asmy ekam aksaram
Yajnanam japo yajna’smi sthavaranam himalayah
BG.10.25
Di antara resi – resi yang mulia, Aku adalah Bhrgu, diantara
getaran – getaran suara Aku adalah Om yang bersifat rohani. Diantara korban –
korban suci aku adalah ucapan nama – nama suci Tuhan atau Japa, dan diantara
benda – benda yang tidak bergerak Aku adalah pegunungan Himalaya
Pelaksanaan
Japa atau pengulang – ulangan sebuah mantra ataupun nama Tuhan, akan
menghasilkan suatu kekuatan dan getaran - getaran spiritual yang akan
mewujudkan bentuk – bentuk dan wujud – wujud Tuhan yang kita puja. Pengulang –
ulangan mantra Siva akan memunculkan wujud Siva, pengulangan mantra Wisnu akan
memunculkan wujud Wisnu.
Pelaksanaan
Japa hendaknya dibantu dengan penggunaan Mala atau tasbih, baik yang terbuat
dari buah Rudraksa, kayu tulasi, kayu cendana ataupun bahan – bahan lain yang
memiliki nilai – nilai kesucian. Mala atau Tasbih adalah suatu cambuk untuk
mendorong pikiran menuju Tuhan. Apabila tidak tersedia Mala atau Tasbih bisa
juga menggunakan jari – jari tangan atau dituntun dengan memakai jam.
Dalam
melakukan Japa jangan dengan cara tergesa – gesa, lakukan dengan perlahan,
penuh perasaan, dengan pemusatan pikiran pada Ista Dewata yang dipuja. Japa
adalah yang termudah, tercepat, teraman serta yang paling dapat dipastikan
untuk dapat mencapai perwujudan Tuhan Yang maha Esa. Pilihlah satu mantra atau
nama Tuhan yang paling anda sukai, atau dapatkan dari Guru spiritual anda, dan
mulailah melaksanakan Japa.
Ada tiga macam cara atau tehnik berjapa yaitu :
1.
Vaikari yaitu pengucapan mantra secara jelas yang mampu
didengar oleh orang lain
2.
Upamsu yaitu berbisik, yang hanya bisa didengar oleh yang
mengucapkan mantra saja.
3. Manasika yaitu pengucapan mantra secara mental atau hanya di
dalam hati saja.
Diantara ketiga tehnik ini manasika japa atau secara mental
adalah yang tertinggi.
Japa
tidak dapat dibandingkan dengan suatu bentuk korban suci lainnya, dalam Lingga
Purana Dewa Siva bersabda pada Dewi Parwati “ Dewi, pada semua yajna lainnya, beberapa bentuk ketidakadilan
dilakukan, baik melalui pikiran, perkataan maupun perbuatan, tetapi di dalam
Japa yajna tidak ada ketidak adilan semacam itu”. Itulah sebabnya Japa
Yajna merupakan yang terbesar dari semuanya”. Para mahluk setengah dewa, setan,
jin dan hantu tidak dapat mendekati seseorang yang mengulang – ulang mantra
suci.
Japa
menghancurkan timbunan kegiatan karma dan memberikan segala kebahagiaan serta
membawa seorang menuju kebebasan dari ikatan kelahiran dan kematian, mencapai
kebenaran dan keabadian yang sejati. Tujuan dari pelaksanaan Japa dan
pengulangan suatu mantra dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi dan keteguhan
hati serta keyakinan adalah pencerahan spiritual dan mendapatkan Darshan atau
penampakan langsung dari Tuhan Yang Maha Esa dalam perwujudanNya yang kita
puja.
Namun
sering kali sebelum semua itu tercapai diawali dengan bangkitnya berbagai daya
spiritual, daya gaib atau kemampuan – kemapuan gaib. Ini adalah sebuah efek
samping yang tak perlu dihiraukan, sebab jika kita terlalu fokus pada daya –
daya ini maka ujuan utama dari Japa ini akan terlupakan. Berbagai daya gaib itu
hanya akan meningkatkan rasa ego dan keakuan diri yang membawa kita terjatuh
dari jalan spiritual yang suci. Jadi jangan berhenti pada saat dimana kita
memperoleh berbagai daya spiritual, tapi teruskan dan tingkatkan terus
kedisiplinan spiritual kita hingga Tuhan sendiri mewujud di hadapan kita.
Beberapa Japa
Mantra:
1.
Gayatri Mantram
Om Bhur bhuvah svaha
Tat savitur varenyam
Bhargo devasya dhimahi
Dhiyo yo nah pracodayat
Ya Tuhan yang
patut dipuja di ketiga dunia ini
Yang memberikan
kecemerlangan Ilahi
Semoga Ia
memberikan pencerahan kepada kecerdasan kita
2.
Mahamrtyunjaya Mantra
Mantram
ini terdapat dalam kitab RegVeda VII.59.12, digunakan untuk memohon
perlindungan terhadap kematian, memohon kesembuhan, perlindungan dalam
melakukan pekerjaan yang berbahaya.
Om Trayambhakam yajamahe
Sugandhim pusti vardhanam
Urvarukam iva bandhanan
Mrtyor muksiya maamrtat
Kami memuja Dewa Rudra yang menyebarkan keharuman dan
memperbanyak makanan. Semoga Ia melepaskan kami seperti buah mentimun yang
lepas dari batangnya, dari kematian dan bukan dari kekekalan.
3.
Pancaksara Siva mantram
Om Namah Siwaya
Hormat dan sujud pada Dewa Siva
4.
Astaksara mantram
Om Namo Narayana
Hormat dan sujud pada Narayana, Wisnu.
5.
Ganapathi mantram
Om Gam Ganapataye Namah
Hormat dan sujud pada Ganesha penghalau segala rintangan
Ada
banyak sekali mantra Japa, baik didalam Weda maupun upanisad, namun lebih baik
untuk memilih dan memusatkan pada satu mantra saja. Sangat baik bila mantram
Japa diperoleh atau diberikan oleh seorang Guru kerohanian atau seorang Guru spiritual
yang terpercaya. Namun bila hal ini
tidak memungkinkan kita bisa memilih salah satu mantra dari Weda atau sastra
suci lainnya yang kita rasakan paling cocok, dan memberikan rasa spiritual
serta sesuai dengan Istha Dewata yang kita puja.
Puja
atau mepuja adalah sebuah ritual suci didalam agama Hindu dalam memuja Tuhan
Yang Maha Esa dalam sebuah tata cara yang sistematis sesuai dengan apa yang
dijelaskan dan digambarkan didalam sastra Weda. Puja bisa dilakukan di rumah
maupun di pura, dengan pemujaan yang dilakukan dengan berbagai simbol suci dan
perwujudan Tuhan atau Dewa, yang bisa berupa arca ataupun pratima. Bila di Pura
pelaksanaan pemujaan biasanya dilakukan oleh pemangku, pandita atu sulinggih,
pemujaan di rumah bisa dilakukan oleh siapa saja dalam anggota keluarga.
Pemujaan atau puja ini bisa berupa pelantunan
doa – doa, mantra – mantra suci, nyanyian dan ritual, serta berbagai
persembahan, seperti daun, bunga, buah,
air dan makanan. Dalam Hindu ada begitu banyak jalan untuk mencapai Tuhan
antara lain dengan doa, meditasi dan kedermawanan, dan lain sebagainya. Namun
salah satu jalan yang paling penting dan umum dilakukan oleh masyarakat adalah
ritual persembahyangan atau pemujaan. Bahkan persembahyangan atau pemujaan ini
bisa dikatakan dasar dari setiap agama manapun dalam upayanya mendekatkan diri
dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam agama Kristen ada ritual pemujaan yang
disebut dengan Misa, dalam agama Islam ada Sholat, yaitu bersujud menghadap
Kabah di Mekah, begitu juga dalam agama – agama lainnya. melaksanakan puja atu
pemujaan menciptakan sebuah hubungan spiritual antara pemuja dan yang dipuja.
Puja
atau mepuja dalam bahasa sehari – hari umat Hindu Bali adalah sebuah cara untuk
berkomunikasi, mengekspresikan keyakinan dan rasa bakti kita terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Sebuah jalan untuk mencapai kebebasan dan kebahagian abadi, dan
jalan untuk mendapatkan berkat dan rahmatnya. Pelaksanaan puja atau mepuja ini
akan menciptakan kedisiplinan spiritual dan kepuasan rohani serta ketenangan
pikiran.
Kegiatan
puja atau mepuja ini, di Bali hanya dilakukan oleh mereka yang menyandang
status pemangku, pedande, pandita atau sulinggih, yang biasa disebut Nyurya
Sewana atau Surya Sewana sebagai bentuk pemujaan harian yang wajib
dilaksanakan. Nyurya Sewana ini biasanya dilakukan pagi hari, dimana Istha
Dewata yang dipuja tentunya adalah Surya. Padahal semua yang beragama Hindu
wajib melakukan pemujaan sehari – hari atau Nitya Puja. Sebab dalam beragama
Hindu kita tidak harus dan tidak boleh mengandalkan dan menyerahkan segala
bentuk pemujaan dan ritual keagamaan hanya kepada para pendeta atau sulinggih.
Tidak mungkin kita setiap hari mendatangkan pemangku, pedande, ataupun
sulinggih lainnya untuk melaksanakan pemujaan dirumah kita. Sedikit tidak kita
harus tahu, beberapa sloka, mantra dan tata cara melaksanakan pemujaan harian
dirumah kita, yang kita tujukan pada Istha Dewata yang kita puja.
Bukan
suatu keharusan bahwa kita mesti mendapatkan upacara atau inisiasi khusus untuk
dapat melakukan pemujaan pada Tuhan Yang Maha Esa. Pelajari tata cara, sloka
dan mantra –mantra yang wajib kita ketahui kemudian laksanakan pemujaan.
Pujalah Tuhan dalam perwujudan atau manifestasinya yang paling anda sukai dan
cintai. Lakukan dari cara yang paling sederhana sampai anda betul – betul dapat
melaksanakan pemujaan dengan sempurna. Tapi yang penting dalam puja atau
pemujaan adalah ketulusan dan bakti kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Pemujaan
dirumah sendiri adalah kewajiban kita untuk mampu melaksanakanya sehari –hari.
Berbeda dengan pelaksanaan di sebuah Pura atau pemujaan yang dilaksanakan di
depan publik. Pemujaan di sebuah pura ataupun yang dilaksanakan oleh masyarakat
banyak, tentu harus menghadirkan seorang yang memang sangat berkompeten dalam
hal itu, baik pemanngku atupun sulinggih. Dimana untuk menjadi pemangku atau
seorang sulinggih harus melalui tahapan – tahapan upacara tertentu sesuai adat
di daerah masing - masing, dan tentu harus mendapatkan pengakuan dari
masyarakat banyak. Namun untuk melaksanakan pemujaan dirumah kita sendiri,
untuk Istha Dewata kita sendiri, tentu yang paling berhak dan wajib adalah kita
sendiri. Kita tidak harus mendapatkan upacara khusus, inisiasi dan pengakuan
dari masyarakat, akan boleh tidaknya kita melakukan pemujaan. Walaupun dalam
pelaksanaanya sangat sederhana, namun dengan disertai bakti yang tulus dan
keyakinanan, nilainya bisa jauh lebih mulia dari yang dilakukan oleh orang lain
walaupun atas nama kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar