Waktu menunjukan jam 18.00 Wita,
aku baru saja pulang dari tempat kerja. Aku sedikit lelah tapi hari ini aku ada rencana
untuk membesuk salah satu keluarga yang juga tetanggaku di rumah sakit yang
opname karena demam berdarah. Tiba dirumah aku langsung mandi "mah, pak mau mandi tolong siapin handuknya
ya", pintaku sama istriku sambil membuka sepatu dan pakaianku.
"Ya Pak", sahut istriku sambil mengambil sepatuku dan
menempatkanya di rak sepatu.
Selesai mandi aku langsung berpakaian, "Bapak mau pergi lagi ya, mau kemana, pulang kerja kok langsung mau pergi
lagi, nggak istirahat dulu?", tanya istriku.
"Bapak mau ke rumah sakit, besuk anaknya Bli Andi", jawabku
sambil sisiran.
"Anaknya Bli Andi kenapa Pak, kok mama nggak denger ia masuk rumah sakit?",
tanya istriku serius.
"Bapak juga baru denger hari ini, katanya sudah dari kemarin di opname
di RS karena DB, besok Bapak nggak ada waktu untuk besuk, jadi mesti hari ini, biar
nggak keburu malam”, jawabku menjelaskan.
“Tapi Pak, Bli Andi dan keluarga nggak pernah tuh sekalipun datang besuk
kita pas anak – anak opname di rumah sakit, kenapa kita mesti datang besuk
mereka?”, sahut istriku, tak setuju aku pergi membesuk ke rumah sakit.
Aku hanya tersenyum, apa yang
dikatakan oleh istriku memang benar adanya, tak pernah sekalipun keluarga Bli
Andi datang untuk membesuk anak – anakku dan istriku yang beberapa kali juga
pernah opname di rumah sakit beberapa waktu yang lalu, padahal kami masih ada
hubungan keluarga walaupun keluarga jauh dan tinggal bertetangga bersebelahan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa
kebanyakan orang juga pasti memiliki pemikiran yang sama dengan istriku. Jika
orang lain pernah berbuat baik kepada kita, maka kitapun mesti membalasnya dengan
kebaikan. Dan sebaliknya jika orang lain tidak pernah berbuat baik atau
menolong kita maka kita pun tidak perlu berbuat baik atau menolong mereka. Inilah
prinsip yang dianut kebanyakan orang, penuh hitung – hitungan dan untung rugi,
bahkan untuk sekadar kebaikan kecil.
Kami hidup di desa yang sangat
kental dengan tradisi, gotong royong dan rasa kekeluargaan. Jadi saling besuk
atau saling mengunjungi dalam suka duka adalah sebuah kebiasaan. Namun memang
ada beberapa orang yang mungkin tidak begitu bisa bergaul di dalam masyarakat
dan kurang memiliki rasa kepedulian terhadap keluarga, tetangga maupun
masyarakat.
"Memang benar apa yang mama katakan, tapi kita kan tidak sama dengan
mereka, kita bukan orang yang tidak memiliki keperdulian terhadap orang lain.
Disamping itu kita datang untuk besuk, bukan berarti kita berharap nanti
apabila dari kita dan keluarga kita ada yang mesti opname di rumah sakit mereka
akan datang untuk membesuk. Kita datang untuk besuk sebagai bentuk bahwa kita
ikut perduli, ikut prihatin dan ikut mendoakan agar yang sakit cepat sembuh, bahwa kita adalah
keluarga dan tetangga, bukan yang lain”, istriku hanya diam mendengarkan
apa yang ku katakan.
Kalau kita berbuat baik kepada
orang lain untuk berharap di kemudian hari orang lain juga akan berbuat baik
kepada kita, ada kemungkinan kita akan kecewa, karena seringkali sesuatu
berjalan tidak seperti apa yang kita harapkan. Pamrih suatu saat pasti membawa
kekecewaan dan penyesalan. Berbuat baiklah hanya karena kebaikan itu sendiri,
berbuat baiklah karena memang ada kebaikan dalam diri kita. Itulah iklas yang
sebenarnya. Keiklasan hanya akan membawa kepuasan bathin dan kebahagiaan. Bahwasanya
kesempatan untuk berbuat baik adalah sebuah anugerah dan kesempatan yang baik
untuk kita. Bahwasanya berbuat baik dan menolong orang lain sejatinya kita
tengah menolong diri kita sendiri.
Kalaupun orang lain mungkin tidak
pernah berbuat baik atau tidak perduli kepada kita, bukan berarti kita juga
harus membalas seperti mereka. Tunjukan bahwa kita tidak sama dengan mereka,
bahwa kita akan tetap berusaha membantu jika kita mampu, bahwa kita tetap
perduli, walaupun mereka tidak. Berbuat baiklah untuk semua orang, bukan hanya
kepada mereka yang pernah berbuat baik kepada kita. Berbuat baiklah karena kita
adalah manusia, mahkluk paling mulia ciptaan Tuhan, tidak ada alasan yang lain.
...................................................................................................................................................
(Ganapatyananda)
...................................................................................................................................................
(Ganapatyananda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar