Tersebutlah seorang pertapa yang
tinggal di jalan di dekat sebuah Pura yang dikunjungi oleh ribuan umat setiap
harinya. Para pengunjung akan berjalan melewati sang pertapa yang senantiasa
tampak seakan – akan dalam keadaan meditasi yang dalam, di depan rumahnya. Sang
pertapa tampak sebagai orang yang begitu alim dan suci.
Di seberang jalan depan rumah
sang pertapa tinggalah seorang wanita pelacur. Setiap hari pandangan dan
pikiran sang pertapa ini tidak pernah lepas dari rumah sang pelacur tersebut.
Dengan gigi yang gemeretak dan amarah meledak, sang pertapa memperhatikan para
hidung belang yang datang dan pergi dari rumah sang pelacur.
Setiap pagi, tanpa pernah
terlewatkan, sang wanita pelacur akan pergi ke pura di dekat rumah sang pertapa
untuk berdoa, ketika ia kembali dari pura, sang pertapa akan bangkit dari
tempat duduknya dan kemudian berteriak dan memaki wanita pelacur tersebut.
"Bertobatlah sebelum terlambat hai
engkau wanita jalang, wanita pendosa, karena api neraka sedang menunggumu!!!".
Bertahun – tahun kemudian sang
wanita pelacur dan sang pertapa meninggal pada hari dan waktu yang sama. Ketika
roh mereka keluar dari badan mereka, para malaikat datang untuk menjemput sang
wanita pelacur dan membawanya ke surga, sedangkan malaikat kematian datang
menjemput sang pertapa dan membawanya ke neraka.
"Ini tidak masuk akal",
teriak sang pertapa, "anda membawa wanita dekil, jalang dan pendosa ini ke
surga, dan anda membawa saya, seorang pertapa suci, roh yang telah meningkat
untuk mendapatkan hukuman di neraka, bagaimana mungkin ini bisa diterima",
kata sang pertapa.
"Di sini, di surga kami
menilai manusia dari kesucian di dalam diri, bukan kesucian yang tampak
diluar", jawab sang malaikat. "Wanita ini hidup dalam kehidupan yang
tak bermoral, tapi hati dan pikirannya murni, suci serta senantiasa tertuju
pada Tuhan. Sedangkan engkau, seorang pertapa, yang mempraktekan penebusan dosa,
namun hati dan pikiranmu dipenuhi oleh pemikiran yang tidak suci. Ketika sang wanita pelacur, pikiran dan hatinya
senantiasa tertuju dan terpusat kepada Tuhan, dan hanya Tuhan semata, pikiranmu
tertuju kepada wanita pelacur ini dan para hidung belang yang datang berkunjung
kerumahnya, bagaimana engkau mengatakan bahwa hati dan pikiranmu suci?”, kata
sang malaikat kepada sang pertapa.
Sang pertapapun bingung, namun
dengan segera menyadari kesalahannya, dan berjanji dalam hatinya untuk berbuat
dan berkarma yang lebih baik dalam kehidupanya yang akan datang.
..................................................................................................................
(Ganapatyananda)
(Ganapatyananda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar