Sabtu, 14 Maret 2015

Ego Spiritual Dalam Diskusi Dunia Maya



Mata saya memelototi layar touch screen 5,2 inchi, salah satu merk HP dari Korea, jari jemari saya menggeser dan meng-klik hal - hal menarik yang bisa saya baca di dunia maya. Kecanggihan teknologi membawa banyak kemajuan dalam hal dunia informasi dan komunikasi, terlepas dari hal negatif yang menyertainya. Namun positif maupun negatif penggunaan dan manfaat internet dan dunia maya sejatinya tergantung dan kembali kepada si pengguna, namun saya tidak akan membahas tentang hal tersebut.

Saya termasuk orang yang senang mengikuti dan menyimak berbagai forum diskusi spiritual khususnya spirtualitas Hindu yang ada di dunia maya, utamanya Facebook. Disamping saya memang orang yang sangat tertarik dalam hal spiritualitas, dalam berbagai forum diskusi tersebut saya juga mendapatkan berbagai tambahan wawasan  dan pengetahuan.  Banyak sekali orang - orang yang mempunyai wawasan spiritual yang lebih yang dapat kita temukan dalam forum tersebut. Sehingga banyak sekali hal baru utamanya spiritualitas yang dapat saya dapatkan.

Banyak sekali topik yang menarik yang dibicarakan dan didiskusikan dalam berbagai forum diskusi spiritual di dunia maya ini. Dari hal yang mungkin bisa dianggap sederhana sampai hal - hal yang sepertinya perlu pemahaman yang lebih dalam. Banyak orang yang senang berbagi pengetahuan spiritualnya, baik dari apa yang mereka ketahui dan pelajari serta dari pengalaman pribadinya. Dari sebuah topik yang singkat, sebuah diskusi bisa menjadi sebuah kumpulan berbagai komentar dan pendapat dari banyak orang.  Disinilah saya bisa menemukan berbagai hal baru dari berbagai pemahaman orang lain yang ikut aktif terlibat dalam forum diskusi tersebut. 

Dilihat dari nama forumnya, yaitu forum diskusi spiritual, memang forum - forum diskusi di dunia maya ini diikuti oleh mereka - mereka yang tertarik dan menekuni spiritualitas. Tidak hanya sekadar mereka - mereka yang hanya sekadar ikut nimbrung namun banyak sekali praktisi dan tokoh - tokoh spiritual yang bisa dianggap mumpuni dalam hal ini.

Namun tak jarang juga dalam sebuah diskusi spiritual tersebut berubah menjadi sebuah perdebatan  sengit yang seringkali tak ada titik temu dalam sebuah topik. Hal ini umumnya dipicu oleh mereka yang menuliskan pendapat dan pemahamannya dari sudut pandang kebenaranya sendiri atau kelompoknya namun sulit sekali menerima atau sekadar menghargai pendapat dan pemahaman orang lain. Mereka hanya menganggap kebenaran adalah apa yang mereka sampaikan, sehingga apa yang diluar itu adalah pemahaman yang keliru. Sehingga tak jarang pula terjadi saling hujat, saling menjelekan antara satu kelompok spiritual dan kelompok lainnya. Tapi seru juga, dengan ikut menyimak walaupun tak ikut mengomentari. Berbagai komentar yang masuk yang ditulis seseorang bisa menjadi sebuah indikator penilaian dari pembaca yang lain akan seberapa dalam pemahaman orang tersebut akan apa yang ia komentari dan juga tingkat spiritualitas serta kepribadiannya.

Topik yang paling sering menjadi sebuah perdebatan adalah mengenai adat, tradisi, budaya, agama dan bahkan tentang Tuhan. Dari mereka yang menganut paham konservatif dan sulit sekali menerima perubahan dengan mereka yang tergolong lebih modern dan cenderung lebih welcome terhadap perubahan zaman. Dari mereka yang meyakini berbagai perwujudan Tuhan sebagai satu adanya dengan mereka yang hanya mengakui satu bentuk Tuhan yang berkepribadian serta dengan mereka yang menyakini Tuhan tanpa wujud dan lain sebagainya. Padahal semestinya perdebatan - perdebatan seperti ini tidak harus terjadi apabila mereka benar - benar memahami arti spiritualitas yang sebenarnya. 

Spiritualitas adalah sebuah hal yang berbeda dengan agama pada umumnya. Dalam sebuah ajaran agama, mungkin kita akan temukan berbagai perbedaan - perbedaan antara satu agama dengan agama lainnya. Kita akan temukan berbagai batasan - batasan, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Kita akan temukan berbagai ritual yang berbeda dan berbagai perbedaan lainya. Dan semua perbedaan tersebut dapat memicu gesekan - gesekan antara umat beragama yang berbeda tersebut. Karena banyak sekali umat beragama yang mempunyai pemahaman bahwa sesuatu yang berbeda dan diluar ajaran agamanya adalah sebuah kesesatan. Padahal seperti yang kita ketahui di negara kita Indonesia ini saja ada lima agama yang diakui, Hindu, Budha, Katolik, Kristen Protestan dan Islam dan semua agama ini tidak sama bahkan terkadang tampak sangat kontradiktif.

Sedangkan spiritualitas adalah sebuah pemahaman tentang Tuhan, tentang  jiwa, manusia dan  alam secara mendalam dan universal. Spiritualitas adalah pemahaman tentang jati diri sejati diluar semua konsep - konsep agama. Spiritualitas bukanlah sebuah konsep ketuhanan karena Tuhan tidak dapat dikonsepkan. Spiritualitas bukanlah sebuah keyakinan kelompok atau masyarakat. Spiritualitas adalah keyakinan dan hubungan yang sangat pribadi antara manusia dengan Tuhan. Hubungan antara saya dengan Tuhan, hubungan antara anda dengan Tuhan, tanpa batasan dan tanpa bisa dicampuri. Tidak ada batasan agama, keyakinan dan kepercayaan, tidak ada ritual baku, bahkan tidak ada doktrin yang bersifat salah dan benar. Spiritualitas bersifat universal dan mencakup semua keyakinan dan kepercayaan tanpa batasan - batasan yang dibuat oleh manusia, karena sejatinya Tuhan itu memang tak terbatas dan tak dapat dibatasi. 

Mereka yang merasa menekuni spiritualitas namun senantiasa melihat dan menilai benar dan salah dari sudut pandang keyakinan dan kepercayaannya sendiri dan kelompoknya, serta tidak mampu menerima kebenaran yang mungkin disampaikan oleh orang lain sejatinya tengah berkutat dengan agama dan batasan - batasannya, bukan spiritualitas yang bersifat universal. Mereka yang merasa bahwa hanya mereka yang telah menjalankan ajaran Tuhan, merasa lebih mulia dan lebih tinggi dari sesamanya, merasa bahwa hanya mereka memiliki pengetahuan dan hanya mereka yang mengetahui kebenaran, sejatinya tengah menderita sindrom ego spiritual. Ego yang bahkan lebih berbahaya dari ego pribadi. Ego yang mampu menjatuhkan seseorang ke dalam jurang kesombongan dan keangkuhan, tanpa mereka sadari. Ego spiritual ini muncul ketika seseorang yang sejatinya tekun dalam spiritualitas tetapi terjebak dalam batasan - batasannya sendiri. Sehingga ketika spiritualitas semestinya melihat dari berbagai sudut pandang, mereka hanya mampu melihat dari sudut pandangnya sendiri.

Spiritualitas melampaui semua batasan - batasan yang dibuat oleh manusia, melampaui semua konsep - konsep yang mampu dibuat oleh pikiran. Spiritualitas bagaikan sebuah ruang yang menampung semua konsep yang manusia mampu pikirkan. Dalam spiritualitas segala konsep ketuhanan yang dijabarkan oleh sebuah agama adalah hanya sekadar usaha pemahaman kecil dari pikiran kita yang terbatas. Oleh karena itu mereka yang memahami nilai - nilai spiritualitas bagaikan samudra maha luas yang menerima berbagai aliran sungai. Perdebatan dalam sebuah diskusi spiritual hanya menunjukan rendahnya pemahaman seseorang tentang spiritualitas. Terkadang perdebatan sengit yang terjadi hanya menunjukan ego, fanatisme sempit dan ketidaktahuan tentang apa yang mereka diskusikan dan bicarakan. Spiritualitas bukanlah sesuatu yang harus didiskusikan namun harus dipahami dan diaplikasikan dalam hidup dan kehidupan. Meskipun samudra menerima air dari berbagai aliran  sungai, ia tetap merendah dan tidak pernah melewati garis pantai. Seperti itulah semestinya mereka yang memahami nilai spiritualitas, menerima dan memahami berbagai konsep dan perbedaan, namun senantiasa berada dalam batas dan keyakinannya sendiri.
.................................................................................................................

(Ganapatyananda)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar