Senin, 29 Agustus 2016

Bacaan Yang Berpahala



Bacaan yang berpahala, bagi yang hidup maupun yang telah tiada

Ketika pembacaan Palawakya, biasanya Adi Parwa, dalam sebuah kegiatan ritual upacara keagamaan, baik di Pura ataupun ditempat lainnya, kebanyakan dari kita, tidak begitu memperhatikan. Banyak yang menganggapnya sebagai sebuah kegiatan bagi para orang tua dan sekadar pelengkap upacara, padahal pembacaan sloka-sloka dari Adi Parwa atau Dasa Parwa memiliki nilai yang sangat utama. 

Dikutip dari Swargarohana Parwa, kalimat dan paragraf yang berisi penekanan mengenai betapa suci dan berpahalanya Asta Dasa Parwa atau cerita suci Mahabarata, bagi yang membaca ataupun yang mendengarkan. Berpahala bagi yang masih hidup ataupun bagi yang sudah berwujud roh atau leluhur. 



"Maha bhara rakwa kotamanira Sang Hyang Aji"
Sastra ini sangatlah tinggi keutamaannya


"Ikang parwa ngarania, pinaka sadananing amangguhaken kaiswaryan, panghilanga papa klesa ning mangrengö, dening kapawitraning Sang Hyang Asta Dasa Parwa, mwang Sang Hyang Itihasa Purana".

Ini disebut parwa, sebagai sarana mencapai kesejahteraan, menghilangkan kekotoran dan penderitaan yang mendengarkan, oleh karena kesucian dari Sang Hyang Asta Dasa Parwa, serta Sang Hyang Itihasa Purana.


"Kunang pala ning tuhagana maca Sang Hyang Asta Dasa Parwa, pada lawan pala ning maswadaya ri Sang Hyang Catur Weda, irikan pwa klesa winasa, amanggih swarga mwang kalepasan helem ri patinia. Kunang ri huripnia, ta pegatana hara salawasnia dadi wang, sada kala manggih suka".

Selain itu pula, pahala membaca Sang Hyang Asta Dasa Parwa, sama dengan pahala yang didapat dari mempelajari keempat Weda atau Sang Hyang Catur Weda, kala itu penderitaan dihancurkan, mendapatkan surga dan kebebasan saat ketika kematian datang. Saat masih hidup, tidak akan kurang pangan sepanjang umurnya sebagai manusia, senantiasa memperoleh kebahagiaan.

Membacakan sastra ini bagi para leluhur, akan memberikan kebahagiaan dan kelepasan bagi mereka. Paragraf dibawah ini diambil dan dikutif dari lontar Adi Parwa

"Yan hana sira Brahmana sedeng anadah pinda ning kala pitra tarpana, wawan ta Sang Hyang Sastra Mahabarata wacanen ira, moliha ta sa antyapada, bhagya yan akweha. Aksayyam tasya tacchraddham. Paripurna niyata nikang pinda. Upawartet pitran iha. Dumadyaken suka sang pitara, mwang mukta klesa sang mangrengö mulih ing swargaloka"

Saat seorang Brahmana/Pandita, sedang mempersembahkan persembahan (muktyang saji) kepada orang yang telah meninggal atau leluhur, saat ritual narpana pitra, bawa dan bacalah sastra suci Mahabarata (lontar Adi Parwa/Asta Dasa Parwa), satu dua halaman, akan sangat baik apabila lebih. Menjadi sempurnalah persembahan tersebut. Memberikan kebahagiaan kepada para leluhur, serta membebaskan yang mendengar dari penderitaan, pulang kembali ke surga.

Sebagai pratisantana, sebagai generasi penerus dari sebuah keluarga, adalah sebuah kewajiban bagi semua orang untuk mampu memberikan kebahagiaan bagi para leluhurnya masing-masing serta membantu mereka mencapai tempat yang terbaik atau surga

Tentu ada banyak hal yang bisa dilakukan demi membahagiakan para leluhur serta membantu mereka lepas dari penderitaan. Membantu mereka untuk bisa pulang ke alam Pitra Loka, alam para leluhur atau kembali ke Swarga Lokha, alam para dewa. Beberapa diantaranya adalah dengan memberikan penerus yang suputra, persembahan berbagai ritual upacara dan upakaranya, serta berbagai kegiatan bajik lainnya adalah salah beberapa hal yang bisa dilakukan. Semua kegiatan tersebut tentu bertujuan agar sang roh dilancarkan dalam perjalanannya di alam sana, memperoleh tempat yang terbaik, sesuai karmanya serta mencapai surga, mencapai kebahagiaan yang abadi.

Dari kutipan yang diambil dari lontar Adi Parwa diatas, sebuah hal sederhana yang bisa dilakukan guna memberikan kebahagiaan dan pembebasan dari segala penderitaan kepada mereka yang telah meninggal atau para leluhur, sehingga mereka mampu kembali pulang ke surga atau ke alam para leluhur adalah dengan membacakan sastra suci Asta Dasa Parwa, yang ditulis oleh Bhagawan Byasa, saat digelarnya ritual upacara ngaben ataupun memukur, ataupun saat persembahan pitra tarpana dengan api Homa. Akan sangat baik kita sendirilah yang membacakan sastra ini saat upacara dilaksanakan, sebagai bentuk persembahan kita kepada para leluhur kita. Kegiatan yang tampak sepele, namun ternyata memiliki nilai dan keutamaan yang tinggi.

(Ganapatyananda)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar