Bacaan yang berpahala, bagi yang hidup maupun yang telah tiada
Ketika pembacaan Palawakya, biasanya Adi Parwa, dalam sebuah kegiatan ritual upacara keagamaan, baik di
Pura ataupun ditempat lainnya, kebanyakan dari kita, tidak begitu memperhatikan.
Banyak yang menganggapnya sebagai sebuah kegiatan bagi para orang tua dan
sekadar pelengkap upacara, padahal pembacaan sloka-sloka dari Adi Parwa atau Dasa Parwa memiliki nilai yang sangat utama.
Dikutip dari Swargarohana Parwa, kalimat dan paragraf
yang berisi penekanan mengenai betapa suci dan berpahalanya Asta Dasa Parwa atau cerita suci Mahabarata, bagi yang membaca ataupun
yang mendengarkan. Berpahala bagi yang masih hidup ataupun bagi yang sudah
berwujud roh atau leluhur.
"Maha
bhara rakwa kotamanira Sang Hyang Aji"
Sastra
ini sangatlah tinggi keutamaannya
"Ikang
parwa ngarania, pinaka sadananing amangguhaken kaiswaryan, panghilanga papa
klesa ning mangrengö, dening kapawitraning Sang Hyang Asta Dasa Parwa, mwang
Sang Hyang Itihasa Purana".
Ini disebut parwa, sebagai sarana
mencapai kesejahteraan, menghilangkan kekotoran dan penderitaan yang
mendengarkan, oleh karena kesucian dari Sang
Hyang Asta Dasa Parwa, serta Sang
Hyang Itihasa Purana.
"Kunang
pala ning tuhagana maca Sang Hyang Asta Dasa Parwa, pada lawan pala ning
maswadaya ri Sang Hyang Catur Weda, irikan pwa klesa winasa, amanggih swarga
mwang kalepasan helem ri patinia. Kunang ri huripnia, ta pegatana hara
salawasnia dadi wang, sada kala manggih suka".
Selain itu pula, pahala membaca Sang Hyang Asta Dasa Parwa, sama dengan
pahala yang didapat dari mempelajari keempat Weda atau Sang Hyang Catur Weda, kala itu penderitaan dihancurkan,
mendapatkan surga dan kebebasan saat ketika kematian datang. Saat masih hidup,
tidak akan kurang pangan sepanjang umurnya sebagai manusia, senantiasa
memperoleh kebahagiaan.
Membacakan sastra ini
bagi para leluhur, akan memberikan kebahagiaan dan kelepasan bagi mereka.
Paragraf dibawah ini diambil dan dikutif dari lontar Adi Parwa
"Yan hana sira Brahmana sedeng anadah pinda ning kala
pitra tarpana, wawan ta Sang Hyang Sastra Mahabarata wacanen ira, moliha ta sa
antyapada, bhagya yan akweha. Aksayyam tasya tacchraddham. Paripurna niyata
nikang pinda. Upawartet pitran iha. Dumadyaken suka sang pitara, mwang mukta
klesa sang mangrengö mulih ing swargaloka"
Saat seorang Brahmana/Pandita, sedang mempersembahkan
persembahan (muktyang saji) kepada
orang yang telah meninggal atau leluhur, saat ritual narpana pitra, bawa dan bacalah sastra suci Mahabarata (lontar Adi Parwa/Asta Dasa Parwa), satu
dua halaman, akan sangat baik apabila lebih. Menjadi sempurnalah persembahan
tersebut. Memberikan kebahagiaan kepada para leluhur, serta membebaskan yang
mendengar dari penderitaan, pulang kembali ke surga.
Sebagai pratisantana, sebagai generasi penerus
dari sebuah keluarga, adalah sebuah kewajiban bagi semua orang untuk mampu
memberikan kebahagiaan bagi para leluhurnya masing-masing serta membantu mereka
mencapai tempat yang terbaik atau surga
Tentu ada banyak hal
yang bisa dilakukan demi membahagiakan para leluhur serta membantu mereka lepas
dari penderitaan. Membantu mereka untuk bisa pulang ke alam Pitra Loka, alam para leluhur atau kembali
ke Swarga Lokha, alam para dewa.
Beberapa diantaranya adalah dengan memberikan penerus yang suputra, persembahan berbagai ritual upacara dan upakaranya, serta
berbagai kegiatan bajik lainnya adalah salah beberapa hal yang bisa dilakukan.
Semua kegiatan tersebut tentu bertujuan agar sang roh dilancarkan dalam
perjalanannya di alam sana, memperoleh tempat yang terbaik, sesuai karmanya
serta mencapai surga, mencapai kebahagiaan yang abadi.
Dari kutipan yang
diambil dari lontar Adi Parwa diatas,
sebuah hal sederhana yang bisa dilakukan guna memberikan kebahagiaan dan
pembebasan dari segala penderitaan kepada mereka yang telah meninggal atau para
leluhur, sehingga mereka mampu kembali pulang ke surga atau ke alam para
leluhur adalah dengan membacakan sastra suci Asta Dasa Parwa, yang ditulis oleh
Bhagawan Byasa, saat digelarnya
ritual upacara ngaben ataupun memukur, ataupun saat persembahan pitra tarpana
dengan api Homa. Akan sangat baik
kita sendirilah yang membacakan sastra ini saat upacara dilaksanakan, sebagai
bentuk persembahan kita kepada para leluhur kita. Kegiatan yang tampak sepele,
namun ternyata memiliki nilai dan keutamaan yang tinggi.
(Ganapatyananda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar