Tirthayatra terdiri
dari dua kata yaitu tirtha dan yatra. Arti kata tirtha mengacu kepada makna
tempat suci sedangkan yatra berarti perjalanan, jadi tirthayatra adalah sebuah
kegiatan perjalanan mengunjungi tempat-tempat suci.
Dewasa ini kegiatan
tirthayatra bisa dikatakan sebuah kegiatan spiritual keagamaan yang digandrungi
dan banyak dilakukan oleh masyarakat kita umat Hindu. Apalagi di Bali, dimana
banyak sekali terdapat pura-pura kuno yang tersebar hampir diseluruh pelosok
Bali, terutama di area pegunungan dan sepanjang pesisir pantai. Tirthayatra
membuka wawasan seseorang akan keberadaan sebuah tempat suci dan meluaskan
pandangan serta pemahamannya tentang kebesaran dan kemahakuasaan Tuhan yang
dipuja dan diwujudkan dan distanakan di berbagai Pura.
Bagi siapapun yang menapaki kehidupan spiritual, akan dapat merasakan
bahwa setiap tempat suci atau Pura memiliki daya tarik rohani dan energi spiritual
yang tinggi. Sehingga sebuah kegiatan tirthayatra menjadi sebuah kegiatan
spiritual yang penting dan banyak dilakoni oleh para spiritualis.
Disamping manfaat
rohani yang besar, tirthayatra juga memberikan manfaat jasmani. Lokasi pura
yang berada di area pegunungan yang
masih alami dan pesisir pantai, cenderung memiliki udara yang lebih bersih yang
sangat baik untuk kesehatan. Suasana pegunungan yang alami dengan panorama yang
indah secara otomatis menghadirkan ketenangan dalam pikiran. Begitupun area
pantai dan laut, memberikan ketenangan saat sejauh mata memandang luasnya lautan
dengan cakrawala terhampar biru mempesona.
Pegunungan dan pantai
adalah dua tempat tujuan wisata yang umumnya dikunjungi oleh masyarakat dalam
menghabiskan liburannya. Demikanpun dalam kegiatan tirthayatra, lokasi pura
yang cenderung berada di pegunungan dan di pantai, bisa menjadi sebuah kegiatan
rekreasi yang baik dan sehat, baik dilakukan bersama keluarga maupun kelompok.
Sehingga tidak salah jika ada yang mengatakan bahwa tirthayatra ini adalah juga
sebuah kegiatan wisata, yaitu wisata keagamaan atau wisata spiritual. Inilah
manfaat ganda tirthayatra, selain sebagai sarana meningkatakan sradha bakti
kepada Tuhan dan memperoleh berbagai manfaat spiritual, tirthayatra adalah juga
sebagai sebuah kegiatan hiburan atau rekreasi untuk me-refresh kembali badan
dan pikiran yang senantiasa disibukan dan lelah oleh berbagai kegiatan
pekerjaan dan lain-lain.
Seperti halnya
telephone selular, yang battery-nya perlu di isi ulang untuk bisa senantiasa
dipergunakan, demikianpun badan dan rohani manusia perlu di senantiasa diisi
ulang agar senantiasa sehat baik secara jasmani maupun rohani. Men-charging telephone
selular sangat mudah, tinggal sambungkan charger ke sumber aliran listrik yang
tersedia, maka battery telephone selular pun terisi kembali. Namun bagaimana
halnya dengan mengisi ulang badan, terutama badan rohani.
Jika energi tubuh atau
badan terkuras oleh berbagai kegiatan fisik dalam kegiatan sehari-hari, energi
ini bisa diisi ulang atau bisa diperoleh atau dipulihkan kembali dengan makan
dan minum secukupnya, berbeda halnya dengan energi rohani atau energi spiritual
seseorang.
Nah, bagaimana cara
kita untuk bisa mengisi ulang atau bahkan meningkatkan energi spiritual kita?
Pertama kita harus tahu
dan paham apa itu energi spiritual. Energi spiritual adalah energi yang
dimiliki setiap orang, yang mampu
memberikan berbagai perlindungan dari berbagai hal negatif, terutama yang tak
kasat mata. Energi spiritual ini pulalah yang mampu memberikan berbagai manfaat
linuwih, baik disadari ataupun tidak baik dilatih ataupun tidak. Energi
spiritual ini bagaikan sebuah baju pelindung bagi seseorang dari berbagai
gangguan atau energi negatif terutama yang tak kasat mata. Energi spiritual ini
juga berpengaruh pada kecerdasan dan wiweka seseorang. Energi spiritual yang
besar akan memberikan berbagai kemampuan linuwih, contohnya kemampuan
penyembuhan baik bagi diri sendiri ataupun orang lain, baik yang bersifat medis
ataupun non medis, kemampuan clairvoyance, atau indra keenam, serta berbagai
daya linuwih lainnya.
Setiap orang memiliki
energi spiritual yang berbeda-beda, tergantung dari karma masa lalu dan
kegiatan spiritual atau sadana rohani yang mereka lakukan saat ini. Semakin
tekun seseorang dalam latihan dan kegiatan spiritual atau sadana kerohanian
maka semakin besar pula energi spiritual yang mereka miliki.
Seperti halnya energi
tubuh, energi spiritual pun bisa terkuras dan berkurang kekuatannya. Energi
spiritual terkuras oleh berbagai hal buruk yang timbul dalam pikiran, berbagai
hal buruk yang didengar dan diucapkan, dan berbagai hal buruk yang seorang
lakukan dalam kehidupannya. Energi spiritual tidak bisa dipulihkan dengan makan
atau minum. Energi spiritual ini hanya bisa dipulihkan atau ditingkatkan dengan
kegiatan dan latihan spiritual atau sadana rohani.
Salah satu kegiatan
rohani yang dapat dilakukan oleh semua orang dan sangat mudah untuk men-charging atau mengisi ulang
kembali serta memulihkan dan bahkan meningkatkan energi spiritual ini adalah
dengan kegiatan spiritual tirthayatra yaitu mengunjungi tempat-tempat suci,
yang memang adalah sumber dari segala bentuk energi spiritual dalam hal ini
adalah berbagai Pura.
Berbagai Pura, apalagi Pura
dari zaman kuno, yang didirikan oleh para leluhur dan Maharsi jaman dahulu, dalam
pendirian dan pembuatannya tentu tidak secara sembarangan. Berbagai Pura itu
didirikan atas dasar petunjuk atau wahyu dalam keheningan, kemudian dibangun
dengan berbagai perhitungan dan pertimbangan. Oleh sebab itulah berbagai Pura
tersebut memiliki berbagai kekuatan suci dan energi spiritual yang luar biasa
hebatnya. Namun setiap Pura tidak akan memiliki energi spiritual yang sama
besarnya. Setiap Pura akan memiliki daya tarik dan energi spiritual yang
berbeda.
Berbagai Pura ini
bagaikan sebuah sumber aliran listrik bagi siapapun yang hendak me-charging
battery energi spiritualnya. Hanya dengan datang, duduk hening dan mencakupkan
tangan, maka secara otomatis energi spiritual yang ada di tempat suci tersebut
terserap kedalam tubuh, mengisi dan memulihkan kembali energi spiritual tubuh
seseorang.
Selain mengisi dan
memulihkan seseorang, energi spiritual yang suci ini juga mendorong keluar berbagai
energi negatif yang ada dalam tubuh seseorang. Jadi jangan cemas dan bingung
jika setelah kembali dari sebuah tirthayatra tiba-tiba mengalami diare, suhu
badan naik, pilek, tidak bisa tidur karena badan yang terasa panas
"ongkeb" ataupun mendapat sebuah mimpi buruk atau seram, semua itu
adalah proses keluar atau terdorongnya energi negatif dari dalam tubuh. Meskipun
gejala-gejala ini tidak menyenangkan, namun proses keluarnya energi negatif
dari badan ini, bisa dijadikan sebuah indikator bahwa kegiatan tirthayatra yang
dilakukan telah menyeret keluar berbagai energi negatif dari tubuh.(“Ketika saya menulis kalimat ini terdengar cecak
berbunyi, dan ada keyakinan bahwa hanya ketika seseorang menyatakan kebenaran
maka cecak akan berbunyi”).
Bagaimana caranya agar tubuh
mampu menyerap secara sempurna energi spiritual ini tanpa menimbulkan gejala-gejala
atau efek samping seperti diatas?
Sejatinya gejala-gejala
diatas tidak sering muncul pada kebanyakan orang, namun bagi mereka yang
sensitif, atau tubuhnya menyerap energi ini secara berlebih, gejala ini bisa
terjadi. Bagi mereka yang terbiasa melatih Kundalini, gejala yang umum terjadi
adalah rasa panas di tulang belakang atau punggung. Rasa panas tersebut adalah
akibat aliran energi Kundalini yang aktif akibat menyerap energi suci atau
energi spiritual di sebuah tempat suci, namun mengalir secara tidak sempurna.
Bagi yang memahami proses ini, maka pasti tahu bahwa jika gejala ini terjadi
hal yang harus dilakukan adalah dengan duduk hening di lantai dengan tulang
punggung lurus, sehingga energi ini dapat mengalir dengan sempurna tanpa
halangan dan energi yang memang seharusnya dibuang mengalir turun ke Bumi. Ibu
Bumi lah yang akan menetralisir energi negatif ini ketika mengalir ke tanah
Agar tubuh mampu
menerima dan menyerap energi spiritual ini dengan baik dan sempurna serta menghindari
atau meminimalisasi gejala efek sampingnya, hendaknya ketika seseorang melaksanakan
persembahyangan di sebuah tempat suci, apalagi di sebuah tempat suci yang
memang dirasakan memiliki energi spiritual yang besar, awalilah persembahyangan
dengan lantunan Gayatri mantra. Gayatri mantra memberikan perlindungan dari
segala hal kepada mereka yang mengucapkannya. Janganlah langsung bangun saat
setelah selesai sembahyang atau sesaat setelah menerima tirtha suci. Diam dan
duduk heninglah dulu sekitar 5-10 menit, kepala tegak dan luruskan tulang punggung, setelah itu ucapkan
terima kasih dan parama shanti, kemudian baru bangkit dan meninggalkan tempat.
Laksanakan tirthayatra dengan penuh keceriaan dan keyakinan serta dengan
pikiran yang senantiasa tertuju kepada-Nya. Om Shanti Shanti Shanti Om.
(Ganapatyananda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar