Rabu, 14 Desember 2016

Menyerap Energi Spiritual Melalui Tirthayatra



Tirthayatra terdiri dari dua kata yaitu tirtha dan yatra. Arti kata tirtha mengacu kepada makna tempat suci sedangkan yatra berarti perjalanan, jadi tirthayatra adalah sebuah kegiatan perjalanan mengunjungi tempat-tempat suci. 

Dewasa ini kegiatan tirthayatra bisa dikatakan sebuah kegiatan spiritual keagamaan yang digandrungi dan banyak dilakukan oleh masyarakat kita umat Hindu. Apalagi di Bali, dimana banyak sekali terdapat pura-pura kuno yang tersebar hampir diseluruh pelosok Bali, terutama di area pegunungan dan sepanjang pesisir pantai. Tirthayatra membuka wawasan seseorang akan keberadaan sebuah tempat suci dan meluaskan pandangan serta pemahamannya tentang kebesaran dan kemahakuasaan Tuhan yang dipuja dan diwujudkan dan distanakan di berbagai Pura.

Bagi siapapun yang  menapaki kehidupan spiritual, akan dapat merasakan bahwa setiap tempat suci atau Pura memiliki daya tarik rohani dan energi spiritual yang tinggi. Sehingga sebuah kegiatan tirthayatra menjadi sebuah kegiatan spiritual yang penting dan banyak dilakoni oleh para spiritualis.


Disamping manfaat rohani yang besar, tirthayatra juga memberikan manfaat jasmani. Lokasi pura yang  berada di area pegunungan yang masih alami dan pesisir pantai, cenderung memiliki udara yang lebih bersih yang sangat baik untuk kesehatan. Suasana pegunungan yang alami dengan panorama yang indah secara otomatis menghadirkan ketenangan dalam pikiran. Begitupun area pantai dan laut, memberikan ketenangan saat sejauh mata memandang luasnya lautan dengan cakrawala terhampar biru mempesona.

Pegunungan dan pantai adalah dua tempat tujuan wisata yang umumnya dikunjungi oleh masyarakat dalam menghabiskan liburannya. Demikanpun dalam kegiatan tirthayatra, lokasi pura yang cenderung berada di pegunungan dan di pantai, bisa menjadi sebuah kegiatan rekreasi yang baik dan sehat, baik dilakukan bersama keluarga maupun kelompok. Sehingga tidak salah jika ada yang mengatakan bahwa tirthayatra ini adalah juga sebuah kegiatan wisata, yaitu wisata keagamaan atau wisata spiritual. Inilah manfaat ganda tirthayatra, selain sebagai sarana meningkatakan sradha bakti kepada Tuhan dan memperoleh berbagai manfaat spiritual, tirthayatra adalah juga sebagai sebuah kegiatan hiburan atau rekreasi untuk me-refresh kembali badan dan pikiran yang senantiasa disibukan dan lelah oleh berbagai kegiatan pekerjaan dan lain-lain.

Seperti halnya telephone selular, yang battery-nya perlu di isi ulang untuk bisa senantiasa dipergunakan, demikianpun badan dan rohani manusia perlu di senantiasa diisi ulang agar senantiasa sehat baik secara jasmani maupun rohani. Men-charging telephone selular sangat mudah, tinggal sambungkan charger ke sumber aliran listrik yang tersedia, maka battery telephone selular pun terisi kembali. Namun bagaimana halnya dengan mengisi ulang badan, terutama badan rohani.

Jika energi tubuh atau badan terkuras oleh berbagai kegiatan fisik dalam kegiatan sehari-hari, energi ini bisa diisi ulang atau bisa diperoleh atau dipulihkan kembali dengan makan dan minum secukupnya, berbeda halnya dengan energi rohani atau energi spiritual seseorang.

Nah, bagaimana cara kita untuk bisa mengisi ulang atau bahkan meningkatkan energi spiritual kita?

Pertama kita harus tahu dan paham apa itu energi spiritual. Energi spiritual adalah energi yang dimiliki setiap orang, yang  mampu memberikan berbagai perlindungan dari berbagai hal negatif, terutama yang tak kasat mata. Energi spiritual ini pulalah yang mampu memberikan berbagai manfaat linuwih, baik disadari ataupun tidak baik dilatih ataupun tidak. Energi spiritual ini bagaikan sebuah baju pelindung bagi seseorang dari berbagai gangguan atau energi negatif terutama yang tak kasat mata. Energi spiritual ini juga berpengaruh pada kecerdasan dan wiweka seseorang. Energi spiritual yang besar akan memberikan berbagai kemampuan linuwih, contohnya kemampuan penyembuhan baik bagi diri sendiri ataupun orang lain, baik yang bersifat medis ataupun non medis, kemampuan clairvoyance, atau indra keenam, serta berbagai daya linuwih lainnya.

Setiap orang memiliki energi spiritual yang berbeda-beda, tergantung dari karma masa lalu dan kegiatan spiritual atau sadana rohani yang mereka lakukan saat ini. Semakin tekun seseorang dalam latihan dan kegiatan spiritual atau sadana kerohanian maka semakin besar pula energi spiritual yang mereka miliki. 

Seperti halnya energi tubuh, energi spiritual pun bisa terkuras dan berkurang kekuatannya. Energi spiritual terkuras oleh berbagai hal buruk yang timbul dalam pikiran, berbagai hal buruk yang didengar dan diucapkan, dan berbagai hal buruk yang seorang lakukan dalam kehidupannya. Energi spiritual tidak bisa dipulihkan dengan makan atau minum. Energi spiritual ini hanya bisa dipulihkan atau ditingkatkan dengan kegiatan dan latihan spiritual atau sadana rohani. 

Salah satu kegiatan rohani yang dapat dilakukan oleh semua orang dan sangat  mudah untuk men-charging atau mengisi ulang kembali serta memulihkan dan bahkan  meningkatkan energi spiritual ini adalah dengan kegiatan spiritual tirthayatra yaitu mengunjungi tempat-tempat suci, yang memang adalah sumber dari segala bentuk energi spiritual dalam hal ini adalah berbagai Pura.

Berbagai Pura, apalagi Pura dari zaman kuno, yang didirikan oleh para leluhur dan Maharsi jaman dahulu, dalam pendirian dan pembuatannya tentu tidak secara sembarangan. Berbagai Pura itu didirikan atas dasar petunjuk atau wahyu dalam keheningan, kemudian dibangun dengan berbagai perhitungan dan pertimbangan. Oleh sebab itulah berbagai Pura tersebut memiliki berbagai kekuatan suci dan energi spiritual yang luar biasa hebatnya. Namun setiap Pura tidak akan memiliki energi spiritual yang sama besarnya. Setiap Pura akan memiliki daya tarik dan energi spiritual yang berbeda.

Berbagai Pura ini bagaikan sebuah sumber aliran listrik bagi siapapun yang hendak me-charging battery energi spiritualnya. Hanya dengan datang, duduk hening dan mencakupkan tangan, maka secara otomatis energi spiritual yang ada di tempat suci tersebut terserap kedalam tubuh, mengisi dan memulihkan kembali energi spiritual tubuh seseorang.

Selain mengisi dan memulihkan seseorang, energi spiritual yang suci ini juga mendorong keluar berbagai energi negatif yang ada dalam tubuh seseorang. Jadi jangan cemas dan bingung jika setelah kembali dari sebuah tirthayatra tiba-tiba mengalami diare, suhu badan naik, pilek, tidak bisa tidur karena badan yang terasa panas "ongkeb" ataupun mendapat sebuah mimpi buruk atau seram, semua itu adalah proses keluar atau terdorongnya energi negatif dari dalam tubuh. Meskipun gejala-gejala ini tidak menyenangkan, namun proses keluarnya energi negatif dari badan ini, bisa dijadikan sebuah indikator bahwa kegiatan tirthayatra yang dilakukan telah menyeret keluar berbagai energi negatif dari tubuh.(“Ketika saya menulis kalimat ini terdengar cecak berbunyi, dan ada keyakinan bahwa hanya ketika seseorang menyatakan kebenaran maka cecak akan berbunyi”).

Bagaimana caranya agar tubuh mampu menyerap secara sempurna energi spiritual ini tanpa menimbulkan gejala-gejala atau efek samping seperti diatas?

Sejatinya gejala-gejala diatas tidak sering muncul pada kebanyakan orang, namun bagi mereka yang sensitif, atau tubuhnya menyerap energi ini secara berlebih, gejala ini bisa terjadi. Bagi mereka yang terbiasa melatih Kundalini, gejala yang umum terjadi adalah rasa panas di tulang belakang atau punggung. Rasa panas tersebut adalah akibat aliran energi Kundalini yang aktif akibat menyerap energi suci atau energi spiritual di sebuah tempat suci, namun mengalir secara tidak sempurna. Bagi yang memahami proses ini, maka pasti tahu bahwa jika gejala ini terjadi hal yang harus dilakukan adalah dengan duduk hening di lantai dengan tulang punggung lurus, sehingga energi ini dapat mengalir dengan sempurna tanpa halangan dan energi yang memang seharusnya dibuang mengalir turun ke Bumi. Ibu Bumi lah yang akan menetralisir energi negatif ini ketika mengalir ke tanah

Agar tubuh mampu menerima dan menyerap energi spiritual ini dengan baik dan sempurna serta menghindari atau meminimalisasi gejala efek sampingnya, hendaknya ketika seseorang melaksanakan persembahyangan di sebuah tempat suci, apalagi di sebuah tempat suci yang memang dirasakan memiliki energi spiritual yang besar, awalilah persembahyangan dengan lantunan Gayatri mantra. Gayatri mantra memberikan perlindungan dari segala hal kepada mereka yang mengucapkannya. Janganlah langsung bangun saat setelah selesai sembahyang atau sesaat setelah menerima tirtha suci. Diam dan duduk heninglah dulu sekitar 5-10 menit, kepala tegak dan  luruskan tulang punggung, setelah itu ucapkan terima kasih dan parama shanti, kemudian baru bangkit dan meninggalkan tempat. Laksanakan tirthayatra dengan penuh keceriaan dan keyakinan serta dengan pikiran yang senantiasa tertuju kepada-Nya. Om Shanti Shanti Shanti Om.

(Ganapatyananda)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar